Kisah Raja Amangkurat I Kepincut Binor, Sampai Rela Hukum 43 Selir dan Dayang

Arif Han
Amangkurat I dari Mataram (Foot: Dok perpusnas.go.id)

MALANG, iNewsMadiun.id - Raja Amangkurat I yang memerintah Kerajaan Mataram disebut-sebut sangat menyukai seks dan wanita. Bahkan, ia kerap merayu wanita yang menjadi bini orang (binor). Bahkan raja pernah memperebutkan wanita dengan anak kandungnya.

Buku berjudul “Keberuntungan Mataram dari Panembahan Senopati Sampai Amangkurat II” yang ditulis oleh Peri Mardiyono menceritakan bagaimana Amangkurat I yang bernama lengkap Sri Susuhunan Amangkurat Agung memerintah di Kerajaan Mataram dari tahun 1646-1677. Selama 32 tahun memerintah Kerajaan Mataram, Amangkurat I disebut-sebut banyak melakukan skandal seks dengan perempuan.

Amangkurat I bahkan mulai bertualang dengan wanita sejak usia muda. Perempuan yang berada di sekitar keraton menjadi korban. Korban pertama adalah bini Tumenggung Wiraguna, yang terjadi pada tahun berikutnya 1637. Saat itu Amangkurat I dikatakan berusia 18 tahun dan mengambil binor lain yaitu Tumenggung Wiraguna. Mengetahui istrinya dibawa pergi oleh Amangkurat I, Tumenggung Wiraguna berani melaporkan skandal itu kepada Sultan Agung, ayah Amangkurat I. Mendengar laporan tersebut, Sultan Agung pun langsung murka, anaknya yang nantinya akan mewarisi tahta Mataram justru melakukan perbuatan tercela.

Singkat cerita, akhirnya ayah Sultan Agung menghukum anaknya sendiri. Amangkurat akhirnya mengembalikan binor itu kepada suaminya, Tumenggung Wiraguna. Sementara itu, Amangkurat I memilih keluar dari istana untuk belajar agama Islam.  Sebelum Sultan Agung meninggal, ia menyerahkan tahtanya kepada putranya Amangkurat I yang ia sebut rumah. Sang ayah mengira anaknya telah bertobat dan berubah menjadi orang baik. Tak lama setelah ditahbiskan sebagai Raja Mataram dan wafatnya Sultan Agung semakin membuat posisi Amangkurat I sebagai raja semakin kuat.

Di sinilah karakter buruknya muncul kembali, kembali berperan sebagai wanita dan bertekad untuk membunuh orang yang menghalangi keinginannya. Wanita berikutnya yang menjadi korban adalah putri dalang yang dikenal dengan sebutan Ratu Malang. Wanita ini sebenarnya sudah memiliki suami. Sang suami juga seorang dalang bernama Kiai Dalem atau Ki Dalang Panjang Mas. Tapi keinginan Amangkurat I untuk mendapatkan wanita itu bulat. Ia bahkan memerintahkan anak buahnya untuk membunuh suami Ratu Malang.

Namun karena cinta dan kesetiaan Ratu Malang kepada suaminya, ia merasa sakit hati mengetahui suaminya dibunuh oleh Amangkurat I. Setelah itu, Ratu Malang menjadi selir Amangkurat I. Namun, cinta Ratu Malang karena suaminya tidak kunjung sembuh sampai akhirnya dia sakit parah dan meninggal. Namun mendengar kabar bahwa Ratu Malang telah meninggal, Amangkurat I langsung marah dan menuduh para selir kerajaan sengaja mengirim para dayang untuk meracuni Ratu Malang, karena mereka iri padanya.

Dari sini Amangkurat mengeksekusi 43 selir dan dayang, dengan mengasingkan mereka tanpa diberi makanan. Skandal ketiga Raja Mataram terjadi dengan seorang wanita memperebutkan anak kandungnya sendiri, Raden Mas Rahmat atau Amangkurat II. Wanita bernama Rara Oyi ini merupakan putri dari Ki Mangunjaya yang terkenal cantik. Namun, saat itu Rara Oyi masih muda atau belum haid.

Mengetahui Amangkurat I jatuh cinta pada putrinya, Ki Mangunjaya pun mengizinkan putranya dijadikan selir Amangkurat I. Rara Oyi dititipkan kepada Tumenggung Wirareja. Namun tak disangka, saat Rara Oyi bertemu dengan putra Amangkurat I, Raden Mas Rahmat langsung jatuh hati pada Rara. Raden Mas Rahmat akhirnya menikah dengan Rara Oyi tanpa izin dan sepengetahuan ayah Amangkurat I. Tak disangka hal ini diketahui oleh ayahnya dan membuat Amangkurat I geram dengan anaknya. Amangkurat I marah melihat selirnya dinikahkan dengan anak kandungnya.

Jadi ada perebutan wanita, sang ayah akhirnya meminta anaknya untuk memilih. Jika memang dia masih setia kepada ayahnya, maka Raden Mas Rahmat harus membunuh Rara Oyi di depan ayahnya. Namun ternyata Raden Mas Rahmat lebih memilih kekuasaan daripada cinta. Di depan ayahnya itulah ia menusukkan kerisnya ke tubuh Rara Oyi hingga tewas seketika. Konflik berdarah dan intrik ini menjadi kisah memilukan pada masa pemerintahan Amangkurat. Selain dikenal haus seks, Amangkurat I juga dikenal haus darah. Inilah sifat buruk Raja Mataram yang berdampak pada kekacauan yang melanda Mataram saat itu. iNews Madiun

Editor : Arif Handono

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network