Kisah Pertemuan Haru LB Moerdani dengan Pak Harto, Menangis Bersama di Ujung Usia

Edi Purwanto, Fakhrizal Fakhri
Benny Moerdani (Foto: dok istimewa/Okezone)

JAKARTA, iNewsMadiun.id - HM Soeharto dan Leonardus Benyamin (LB) Moerdani. Siapa tak kenal dengan dua nama ini? HM Soeharto adalah jenderal besar yang berkuasa di Indonesia selama 32 tahun. LB Moerdani adalah ahli intelijen yang menjadi tangan kanan Presiden Soeharto. 

LB Moerdani sepanjang kariernya di TNI menorehkan prestasi gemilang. LB Moerdani adalah petarung sejati. Dia menumpas pemberontakan PRRI/Permesta hingga pantang mundur di garis depan konfrontasi Indonesia-Malaysia. Puncak prestasi Benny terjadi saat peristiwa pembajakan pesawat Woyla oleh Komando Jihad di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand, 28 Maret 1981. Kala itu, Benny yang menjabat Asintel Hankam menjadi aktor penting di balik pembebasan sandera.

Tapi LB Moerdani juga manusia biasa. Di ujung masa tuanya, LB Moerdani menderita sakit stroke. Dikutip Okezone dari Buku Benny Moerdani yang Belum Terungkap, Benny terkena serangan stroke tahun 2002. Serdadu baret merah itu terpeleset di lantai bawah tanah sebuah hotel.

Benny berada di hotel tersebut untuk ikut bermain golf di Puncak, Jawa Barat. Tubuh LB Moerdani ambruk dan pingsan usai kepalanya membentur sebuah kursi yang berada di samping lokasi jatuhnya. Saat ditemukan, kondisi Benny tak sadarkan diri dengan kepala yang berdarah.

Benny mengalami stroke usai bermain golf dan berobat ke RS Tan Tock Seng yang saat itu ditawarkan oleh PM Singapura. Di kediamannya, Moerdani tinggal bersama istri dan anak tunggalnya, serta seorang perawat. Mereka yang selalu menemani dan mengurus sang jenderal tua itu setiap harinya karena sakitnya itu Benny tidak bisa berkomunikasi dengan jelas. Keluarga menggunakan sebuah lonceng yang disiapkan khusus untuknya untuk jika membutuhkan sesuatu.

Di hari tuanya itu, Benny Moerdani juga terpaksa menggunakan kursi roda, karena tubuhnya yang semakin melemah. Meski sudah sakit dan diketahui memiliki penyakit bronkitis dan stroke, perangai Bennya tak berubah. Dia tidak bisa berhenti merokok. Pernah suatu kejadian, tiba-tiba puntung rokoknya jatuh ke kaosnya dengan keadaan masih menyala. Alhasil, Benny berteriak dan menahan sakit sementara.

Di akhir hayatnya, serdadu Kopassus itu sempat bertemu dengan Soeharto yang sebelumnya sempat tak harmonis. Pertemuan dua jenderal tua itu pun penuh haru. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Benny Moerdani dari kursi rodanya hanya bisa meneteskan tangis bersama Soeharto di sisa usia dari dua penguasa Orde Baru tersebut.

Benny meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto, Minggu 29 Agustus 2004 karena sakit. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Editor : Arif Handono

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network