Bagaimanapun, Suryopratomo tidak memungkiri bahwa brain drain tampaknya benar-benar terjadi. Untuk mencegah itu, imbuhnya, Indonesia perlu menawarkan kehidupan yang lebih menyenangkan, lebih nyaman, lebih menantang, serta lebih banyak ruang untuk maju.
“Kita tahu bahwa ternyata memang brain drain itu terjadi. Nah pertanyaannya adalah kita menyalahkan siapa? Menyalahkan orang dianggap tidak punya nasionalisme? Karena orang bukan cuma sekedar butuh uang, tapi dia butuh aktualisasi diri sebagai manusia dan itu kalau dia punya pekerjaan,” ujarnya.
Banyak WNI pindah jadi WN Singapura setelah tinggal dan bekerja di sana untuk waktu yang lama. Septian merasa pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan upaya untuk mencegah brain drain dengan berbagai program seperti beasiswa LPDP, yang mensyaratkan penerimanya untuk pulang dan bekerja di Indonesia selama dua kali masa studi ditambah satu tahun (2n+1).
“Zaman dahulu, banyak mahasiswa Indonesia tidak punya banyak opsi ketika ingin ke luar negeri karena itu opsi dari Singapura ini cukup atraktif,” ujarnya.
Dan dia mengamati bahwa setidaknya di kalangan mahasiswa juniornya, jumlah orang yang pindah kewarganegaraan tidak sebanyak di angkatannya.“Pemerintah sudah menyadari mereka harus melakukan sesuatu untuk mempertahankan talenta mereka. Dulu enggak ada, jadi banyak brain drain.”
https://news.okezone.com/read/2023/07/13/18/2846031/kisah-wni-yang-pindah-kewarganegaraan-ke-singapura-dengan-alasan-pragmatis?page=3
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait