7 Kesalahan yang Diajarkan di Sekolah, Bentuk Bumi hingga Gunung Tertinggi di Dunia

Rilo Pambudi
Kesalahan yang diajarkan di sekolah. Gunung Everest (Foto: Istimewa)

JAKARTA, iNewsMadiun.id - Ada beberapa kesalahan yang diajarkan di sekolah. Kekeliruan tersebut erat kaitannya dengan fakta ilmiah yang selama ini ternyata hanyalah mitos belaka. Celakanya, mitos ilmiah tersebut telah lama diturunkan di sekolah-sekolah dan sampai saat ini mungkin masih diajarkan. Untuk itu, kesalahan pengetahuan tersebut perlu diluruskan agar kekeliruan fakta ilmiah tersebut tidak terus diturunkan.

Dilansir iNews.id dari berbagai sumber, Sabtu (3/9/2022), adapun inilah 7 kesalahan yang diajarkan di sekolah. Kesalahan yang diajarkan di sekolah

1. Bentuk Bumi Bulat

Bagi yang mengira bahwa bumi berbentuk bulat sempurna, ternyata itu adalah pelajaran yang tidak sepenuhnya benar. Sering diajarkan di sekolah-sekolah bahwa bentuk bumi itu adalah bulat.

Nyatanya, bentuk bumi yang sebenarnya adalah cenderung oval atau sedikit lonjong seperti telur. Fenomena ini tak lain karena disebabkan oleh rotasi Bumi. Gerakan rotasi yang menjauhi pusat mengakibatkan diameter Bumi pada bagian khatulistiwa lebih besar dibandingkan diameter Bumi pada bagian kutub.

2. Penemu Benua Amerika

Dalam pelajaran sejarah di sekolah dasar hingga menengah, penjelajah asal Spanyol Christopher Columbus disebut sebagai penemu benua Amerika. Bahkan, menurut dari University of Michigan pada tahun 2005, 85% orang Amerika bahkan percaya bahwa Columbus menemukan benua tersebut. 

Sementara hanya ada 2% responden yang dapat menjawab dengan benar jika Columbus tidak mungkin menemukan Amerika. Selain karena di benua Amerika sudah ada penduduk lokal yang hidup dari ribuan tahun sebelumnya, bangsa Eropa pertama yang menjajaki Amerika juga bukan Columbus.  Sejarah mencatat bahwa penjelajah Viking Leif Erikson sudah pernah berlayar Greenland ke Newfoundland di Kanada sekitar abad ke-11.

3. Kelelawar Ternyata Tidak Buta

Selama ini dalam pelajaran IPA, murid banyak yang diberitahu bahwa kelelawar adalah hewan yang buta. Ia disebut hanya mengandalkan teknik echolocation atau sensor suara sebagai navigasi di malam hari. Namun faktanya, kelelawar tidak sepenuhnya benar-benar buta. Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ketua penelitian Asaf Tsoar, di Movement Ecology Laboratory di Hebrew University of Jerusalem.

Kelelawar bahkan sering memilih menggunakan penglihatannya ketika mencari makan. Beberapa spesies kelelawar bahkan memiliki penglihatan yang tajam dan bisa melihat sinar ultraviolet yang tidak bisa dilihat manusia.

4. Peta Lidah

Masih dari pelajaran IPA atau Biologi di sekolah, kita diajarkan bahwa bagian-bagian lidah memiliki kemampuan secara khusus untuk merasakan jenis rasa tertentu. Misalnya, rasa pahit dideteksi oleh lidah bagian belakang.  Rasa manis dideteksi oleh lidah bagian depan dan seterusnya. Padahal, hal tersebut diketahui keliru. Padahal, reseptor rasa terdapat di seluruh bagian lidah dan membuat semuanya bisa merasakan rasa pahit, manis, asam, asin, pedas dan sebagainya Menurut penelitian University of Florida Center, untuk bau dan rasa, dan lokasi atau bagian dari selera tersebut tidak sesuai dengan peta rasa lidah.

5. Everest Gunung Tertinggi

Berdasarkan pelajaran di sekolah, banyak yang percaya Everest di pegunungan Himalaya adalah gunung tertinggi di dunia. Padahal, gunung tertinggi sebenarnya justru ada di Hawaii bernama Gunung Mauna Kea. Ketinggian Everest adalah 29.035 kaki di atas permukaan laut. Sedangkan Mauna Kea memang hanya berada di 13.796 kaki di atas permukaan laut.

Namun, Mauna Kea nyatanya memanjang hingga 19.700 kaki di bawah Samudera Pasifik. Sehingga jika ditotal, Mauna Kea memiliki tinggi 33.500 kaki dan jauh lebih tinggi dari Everest.

6. Status Pluto di Tata Surya

Kesalahan yang diajarkan di sekolah berikutnya adalah terkait status Pluto dalam gugusan tata surya. The International Astronomical Union (IAU) selaku badan ilmiah yang memutuskan definisi ilmiah dari planet dan hal terkait antariksa, awalnya mengklasifikasikan Pluto sebagai planet kesembilan yang mengorbit matahari.

Namun pada tahun 2005, ditemukan batuan luar angkasa yang diberi nama Eris, yang juga mengorbit pada matahari. Temuan Eris ternyata 27% lebih besar dari Pluto. Hal itu membuat IAU mengkaji ulang seperti apa planet itu sebenarnya. IAU akhirnya memutuskan bahwa kriterianya untuk Pluto maupun Eris, keduanya tidak bisa diklasifikasikan sebagai salah satu planet utama yang mengelilingi matahari. Tetapi sebaliknya, keduanya dianggap planet kerdil.

7. Metabolisme Bunglon

Selama ini, kemampuan bunglon dalam mengubah warna tubuh dianggap sebagai cara mempertahankan diri dari predator alaminya. Sering diajarkan di sekolah bahwa bunglon mengubah warnanya untuk menyamarkan diri dengan lingkungan sekitarnya. Padahal, bunglon mengubah warna kulitnya untuk alasan yang berbeda. Warna pada tubuh bunglon yang berubah adalah sebagai tanda pengenal dari perilaku kawin dan sebagai metode untuk mengatur suhu tubuh mereka.  Misalnya, saat mereka berubah dari kulit warna yang terang menjadi gelap lantas menyerap panas lebih banyak, sekalipun dingin.

Itulah 7 kesalahan yang diajarkan di sekolah dan diyakini sebagai fakta ilmiah. Meski sebagian mungkin sudah diluruskan, tetapi informasi tersebut harus terus diperbaharui agar kekeliruan itu tidak turun menurun.
 

Editor : Arif Handono

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network