Singkat cerita, ia dikembalikan ke Cijantung. Soetedjo tahunya ketika sudah finish di Nusakambangan. Saat dilakukan penghitungan, jumlahnya sudah tidak lengkap, di antaranya sudah tidak ada Soegito. "Pak Gito itu kan sprinter, pelari cepat. Biasanya pelari cepat tidak tahan jarak jauh. Tapi apakah itu sebabnya, saya tidak tahu," aku Letjen (Pur) Soetedjo saat di wawancara di kantornya di Sinarmas Tower, Jakarta, awal Maret 2015. Tidak mau lama-lama meratapi kegagalannya menjalani pendidikan dasar komando, Soegito sudah larut dalam kesibukan barunya sebagai staf dari Mayor Inf Gunawan Wibisono, teman satu lichting Mayor Inf Benny Moerdani.
Di mata Soegito, komandannya yang fasih berbahasa Belanda dan menguasai Inggris ini terlihat begitu pintar dan berwibawa. Ketika itu Mayor Gunawan tengah disibukkan dengan beberapa penelitian terkait peralatan dan prosedur. Sebagai staf, Lettu Soegito melaksanakan sepenuhnya program yang tengah dijalankan komandannya.
Di antaranya membantu riset untuk melihat kenyamanan penggunaan senapan jika ditambahkan peredam (silencer). Setelah itu kembali dilakukan riset tentang airdrop resupply alias penerjunan untuk mengirimkan bekal ulang siang dan malam hari. Baik menggunakan barang atau orang. Riset sekitar dua minggu ini dilaksanakan di Lanud Halim Perdanakusuma dengan dropping zone (DZ) di sisi timur Halim yang berdekatan dengan lapangan golf. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait