Kisah Gugurnya Paman Nabi di Medan Perang dalam Lakon Lampan Lahat

M Syaiful FP
Dalang asal Desa Rumbuk, Kabupaten Lombok Timur Ki Dalang Wildan menceritakan tentang lakon Lampan Lahat yang menceritakan gugurnya paman Nabi Muhammad di medan perang. (istimewa)

LOMBOK TIMUR, iNewsMadiun.id - Lakon Wayang Sasak Lampan Lahat kental nuansa mistis. Di dalamnya terkandung Serat Menak yang mengisahkan paman Nabi Muhammad.

Dalang asal Desa Rumbuk, Kabupaten Lombok TimurKi Dalang Wildan mengatakan dalam kisah Serat Menak, perjalanan paman Nabi Muhammad SAW yaitu Amir Hamzah atau dalam pewayangan dikenal dengan Jayeng Rane

 

“Kisah tersebut menceritakan Jayeng Rane menyebarkan Islam,” katanya, Selasa (26/7/2022).

Ia menuturkan, lampan berarti adalah judul atau cerita, sementara lahat adalah jebakan atau kuburan. Dalam lakon Lampan Lahat berisi akhir hidup Jayeng Rane yang gugur di medan perang. Amir Hamzah gugur dalam perang Uhud.

"Di lahat atau lubang, bisa juga dimaknai sebagai kubur. Di situlah sejarah Jayeng Rane berakhir bersama kuda perangnya," bebernya.

"Jayeng Rane kalau di wayang Jawa itu Arjuna. Banyak gelang, mahkota, kalau di wayang Sasak bentuknya polos sebagai simbol kesederhanaan," katanya.

Lebih lanjut, pementasan wayang Sasak dipenuhi dengan simbol-simbol yang memuat nilai Islam. Seperti tiang panggung berjumlah sembilan yang artinya sembilan wali yang menyebarkan Islam.

Bangunan panggung segi empat yang memiliki filosofis empat mahzab dalam Islam, musik pengiring atau gendang berjumlah lima yang artinya rukun Islam.

Kisah dari paman nabi ini, sambung Ki Dalang Wildan, diantara yang membuat lakon ini dipenuhi dengan aura mistis.

Ia pun tegas mengatakan tidak akan berani memainkan lakon ini meski dibayar mahal.

 

"Jika ada yang kasi saya Rp100 juta untuk memainkan (Lampan Lahat), saya tidak akan berani. Mohon maaf, salah-salah keturunan saya jadi korban,” ujarnya.

Ki Dalang Wildan menjelaskan, Jayeng Rane dalam wayang Sasak digambarkan dengan ciri khas sederhana.

Berbeda dengan wayang Jawa, Jayeng Rane digambarkan sebagai Arjuna dengan menggunakan mahkota dan gelang.

"Sebenarnya gendang berjumlah enam. Tapi Lanang dan Wadon adalah suami istri, sehingga dihitung satu," katanya.

Begitu juga dengan dalang dan semua yang terlibat dalam pementasan berjumlah 13 orang, yang memiliki filosofis jumlah rukun shalat.

Bahkan, ritual mengeluarkan wayang tidak asal-asalan, ada doa khusus yang diucapkan.

Ki Dalang Wildan telah menjadi dalang sejak 1973 saat usia sekolah. Dia selalu belajar membuat dan memainkan wayang.iNewsMadiun

Editor : Arif Handono

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network