BANJARNEGARA, iNewsMadiun.id – Para siswa sekolah dasar (SD) di Dusun Panggung, Desa Duren, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara berangkat sekolah penuh dengan perjuangan. Mereka harus menantang maut menyeberangi Sungai Mondo dengan arus deras untuk bisa sampai ke sekolah.
Hal itu karena ketiadaan jembatan penyeberangan dan kondisi sungai yang kerap banjir membuat siswa terpaksa bolos sekolah.
Ketinggian air saat normal berkisar antara 30 hingga 50 sentimeter, namun saat kondisi hujan debit air bisa naik dengan cepat mencapai ketinggian 3 meter.
Untuk menyeberang, siswa pun terpaksa harus melepas sepatu. Tak jarang rok dan celana seragam siswa pun harus basah karena air sungai.
Usai menyeberang, siswa harus berjalan kaki hingga sejauh 2 kilometer untuk bisa sampai ke sekolah. Saat kondisi Sungai Mondo banjir, para siswa ini hanya bisa pasrah dan terpaksa bolos sekolah.
Sungai dengan lebar 10 meter ini menjadi satu-satunya menuju SDN 3 Lebakwangi, sekolah paling dekat dengan Dusun Punggung. Untuk pindah ke sekolah lain, warga harus memutar jalan kaki lebih dari satu jam perjalanan.
“Sudah sejak dulu belum pernah ada jembatan yang dibangun sebagai akses jalan warga dusun,” kata Eni, orang tua siswa, Rabu (20/7/2022).
Dusun yang dihuni 9 kepala keluarga ini harus rela menyeberangi sungai untuk beraktivitas, baik untuk ekonomi, kesehatan dan pendidikan. “Tak jarang sepeda motor yang menyeberang harus mogok karena mesin terendam air,” ujarnya.
Kondisi geografis dan minimnya infrastruktur membuat pihak sekolah memberi pemakluman terhadap siswa asal Dusun Punggung yang harus berjuang untuk bisa sampai ke sekolah.
“Saat banjir tiba, siswa asal Punggung terpaksa tidak berangkat sekolah karena membahayakan keselamatan,” kata Suyitno, guru SDN 3 Lebakwangi.
Warga dan para siswa berharap, meski penghuni dusun hanya 9 kepala keluarga, bisa dibangun akses jalan dan jembatan, sehingga memudahkan para siswa untuk berangkat sekolah serta mendukung aktivitas ekonomi.
iNewsMadiun
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait