Namun, hadits tersebut dinilai sebagai hadits dhaif atau tidak kuat riwayatnya. Para ulama sepakat bahwa boleh mengamalkan hadits dhaif hanya dalam rangka fadla'ilul a'mal (untuk memperoleh keutamaan) selagi hadis tersebut tidak berkaitan dengan masalah akidah dan hukum.
Berbeda dengan keutamaan puasa Tarwiyah yang masih diperselisihkan, para ulama telah sepakat terkait sunnah puasa Arafah untuk dilaksanakan.
Berikut hadits tentang keutamaan melaksanakan puasa sunnah Arafah.
Rasulullah SAW bersabda: "Tiada dari hari dalam setahun aku berpuasa lebih aku sukai daripada hari Arafah." (HR Baihaqi)
Dalam hadits lain disebutkan tentang keutamaan puasa Arafah. صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ اَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ اَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِيْ بَعْدَهُ، وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ اَحتَسِبُ عَلَى اللّهِ اَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ “ …
Dan puasa pada hari Arafah –aku mengharap dari Allah- menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu dan satu tahun yang akan datang. Dan puasa pada hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram) –aku mengharap dari Allah menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah lalu.” (HR Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Baihaqi, dan lain-lain).
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait