JAKARTA, iNewsMadiun.id- Virus corona varian Omicron BA.4 dan BA.5 kini sudah masuk Indonesia. Sebanyak 4 orang teridentifikasi subvarian Omicron tersebut, 1 WNI dan 3 WNA yang adalah delegasi dari luar negeri tiba di Bali untuk hadiri acara pertemuan The Global Platform for Disaster Risk Reduction.
Kemunculan BA.4 dan BA.5 ini diharapkan tak membuat panik masyarakat, sebab subvarian Omicron itu diketahui tidak begitu berbahaya. Hal tersebut mengacu juga pada laporan gejala klinis pasien yang kebanyakan tidak bergejala. Hanya satu pasien BA.5 yang melaporkan sakit tenggorokan dan badan pegal-pegal.
Kehadiran varian BA.4 dan BA.5 sampai saat ini masih belum dipahami baik oleh masyarakat. Padahal menurut Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan, SpP(K) BA.4 dan BA.5 lebih menular dari varian Omicron (BA.2).
Dr Erlina mengatakan masa inkubasi yang dibutuhkan sekitar 1-3 hari, kemudian varian ini bisa menginfeksi siapa pun. Pasien akan mengalami gejala seperti varian Omicron sebelumnya yaitu demam, flu atau batuk.
Namun di satu sisi, dr Erlina juga menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan, sebab recovery pascaterinfeksi varian BA.4 atau BA.5 lebih cepat. "Masa inkubasinya cepat 1-3 hari langsung bergejala, tapi nggak perlu khawatir karena recoverynya juga cepat. Para ahli pada sepakat bahwa laporan-laporan dari berbagai negara gejalanya hampir sama, dianggap lebih menular dari BA.2," ujar dr Erlina dalam webinar Waspada Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5 dalam Masa Transisi Menuju Endemi, Minggu (12/6/2022)
Dia mengatakan turunan dari Omicron (BA.4 dan BA.5) mampu mengelabuhi sistem kekebalan tubuh (imunitas) atau escape imunitas. Dia menyarankan agar masyarakat segera melakukan vaksinasi booster dan tetap patuh terhadap protokol kesehatan.
Dia menjelaskan jika salah satu dari kasus varia BA.4 dan BA.5 di Indonesia mengalami gejala berat. Yang diketahui transmisi lokal dari Jakarta, ternyata belum melakukan vaksin dosis ketiga atau booster. "Ini satu-satunya (pasien) mengalami gejala lebih berat. Ada batuk, sesak napas, sakit kepala, lemah, mual, muntah, nyeri abdomen," jelas dr Erlina.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Andani Eka Putra, M. Sc. Tenaga Ahli Kementrian Kesehatan menjelaskan bila anak-anak kemungkinan bisa tertular. Sebab berdasarkan data, anak yang sudah vaksin sebanyak 70 persen sudah terinfeksi Covid-19. "Dari data vaksinasi anak sudah 70 persen terinfeksi. Bahkan orang tua tidak tahu anaknya sakit karena tidak mengalami apa-apa. Jadi anak-anak itu bisa terpapar dan umumnya ringan," ujarnya.
Editor : Arif Handono