KIEV, iNewsMadiun.id - Perang Rusia-Ukraina memasuki hari ke-100 pada Jumat (3/6/2022). Kubu mana yang memenangkan perang? Militer Rusia, atas perintah Presiden Vladimir Putin, mulai menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022. Kremlin menolak narasi perang atau invasi, namun memilih menggunakan narasi operasi militer khusus untuk demiliterisasi dan denazifikasi tetangganya.
Kiev dan sekutu Barat-nya kerap mengeklaim bahwa militer Moskow mengalami kerugian besar dengan kematian banyak tentaranya. Bahkan, militer Kiev rutin mengeklaim menewaskan para jenderal Rusia—yang sangat jarang dikonfirmasi militer Kremlin. Sebaliknya, militer Moskow juga mengeklaim banyak menghancurkan fasilitas militer serta menewaskan banyak tentara Ukraina. Klaim kedua kubu tak bisa diverifikasi secara independen.
Koordinator krisis PBB untuk Ukraina, Amin Awad, mengatakan tidak akan ada pemenang dari invasi Rusia ke Ukraina saat konflik memasuki hari ke-100 dan pasukan Moskow menekan lebih dalam ke wilayah Donbas, timur Ukraina. “Perang ini telah dan tidak akan memiliki pemenang. Sebaliknya, kami telah menyaksikan selama 100 hari apa yang hilang: nyawa, rumah, pekerjaan, dan prospek,” kata Awad dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Al Jazeera.
“Perang ini telah menelan korban jiwa yang tidak dapat diterima dan menelan hampir semua aspek kehidupan sipil. Kami telah menyaksikan kehancuran dan kerusakan di seluruh kota, kota kecil dan desa. Sekolah, rumah sakit, dan tempat penampungan tidak terhindar,” ujarnya. “Upaya tak kenal lelah kami untuk menanggapi dampak perang yang menghancurkan akan terus berlanjut, kokoh dan teguh. Tetapi di atas semua itu kita membutuhkan kedamaian. Perang harus berakhir sekarang.”
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan negaranya akan memenangkan perangnya dengan Rusia. “Angkatan Bersenjata Ukraina ada di sini. Yang paling penting—orang-orang, orang-orang di negara kita ada di sini. Membela Ukraina selama 100 hari,” kata Zelensky dalam pidato yang disampaikan dari depan kantor kepresidenan Ukraina, di pusat ibu kota, Kiev. “Kemenangan akan menjadi milik kita,” ujarnya.
Sedangkan Rusia bertekad untuk melanjutkan operasi militernya di Ukraina sampai semua tujuannya tercapai. Hal itu disampaikan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. “Salah satu tujuan utama dari operasi ini adalah untuk melindungi orang-orang di DNR dan LNR. Langkah-langkah telah diambil untuk memastikan perlindungan mereka dan hasil tertentu telah dicapai," kata Peskov, mengacu pada Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk yang memproklamirkan kemerdekaannya dari Ukraina.
Dua wilayah di Ukraina timur yang memisahkan diri itu telah dikendalikan oleh separatis pro-Moskow sejak awal 2014. “Banyak pemukiman telah dibebaskan dari angkatan bersenjata pro-Nazi Ukraina dan langsung dari elemen nasionalis,” katanya, mengutip deskripsi berulang-ulang Rusia tentang otoritas di Ukraina sebagai neo-Nazi dan nasionalis—label yang menurut Kiev digunakan sebagai propaganda untuk membenarkan konflik.
“Kesempatan telah diberikan kepada orang-orang untuk mulai membangun kehidupan yang damai,” imbuh Peskov. “Pekerjaan ini akan berlanjut sampai semua tujuan operasi militer tercapai.” iNewsMadiun
Editor : Arif Handono