WASHINGTON, iNewsMadiun.id – Penembakan brutal 21 orang Tewas di SD di Texas menarik banyak perhatian. Termasuk mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. “Di seluruh negeri, orang tua menidurkan anak-anak mereka, membacakan cerita, menyanyikan lagu pengantar tidur - dan di benak mereka, mereka khawatir tentang apa yang mungkin terjadi besok setelah mereka mengantar anak-anak mereka ke sekolah, atau membawa mereka ke toko kelontong atau tempat umum lainnya,” katanya.
Mantan Presiden AS Barack Obama (Foto: CBS58)
Dia dan istrinya Michelle "berduka" untuk keluarga.
"Kami juga marah untuk mereka,” ujarnya. "Hampir sepuluh tahun setelah Sandy Hook - dan sepuluh hari setelah Buffalo - negara kita dilumpuhkan, bukan oleh ketakutan, tetapi oleh lobi senjata dan partai politik yang tidak menunjukkan kesediaan untuk bertindak dengan cara apa pun yang dapat membantu mencegah tragedi ini,” lanjutnya.
"Sudah lama lewat waktu untuk bertindak, segala jenis tindakan," ujarnya.
Pada 2015, ketika dia bersiap untuk meninggalkan jabatannya, presiden dari Partai Demokrat mengatakan kepada BBC News bahwa kegagalan pemerintahannya untuk memberlakukan reformasi senjata baru adalah frustrasi terbesar dari kepresidenannya.
"Bagi kami tidak dapat menyelesaikan masalah itu adalah sesuatu yang menyedihkan," katanya kepada wartawan BBC Jon Sopel.
Mantan kandidat Presiden Hillary Clinton juga bereaksi terhadap penembakan itu.
"Kita menjadi bangsa yang menjerit-jerit,” cuitnya.
Dia pun menyerukan kontrol senjata. "Kami hanya membutuhkan legislator yang bersedia menghentikan momok kekerasan senjata di Amerika yang membunuh anak-anak kami,” lanjutnya.
Diketahui, jumlah korban penembakan brutal di sebuah sekolah dasar (SD) di South Texas, Amerika Serikat bertambah menjadi 18 anak dan tiga dewasa. Sehingga total menjadi 21 orang yang tewas. Tersangka penembak, yang merupakan seorang remaja putra, juga tewas dalam kejadian itu.
Gubernur Texas Greg Abbott mengatakan tersangka pelaku diketahui bernama Salvador Ramos yang berusia 18 tahun.
Abbott sebelumnya saat konferensi pers beberapa jam pascapenembakan menyebutkan ada 14 anak dan satu guru yang tewas dalam penembakan massal itu.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Houston telah mengeluarkan imbauan terkait peristiwa penembakan massal di Sekolah Dasar Robb Elementary School di Uvalde, Texas, Amerika Serikat (AS) pada Selasa (24/5/2022). Insiden itu menewaskan 19 siswa dan 2 guru, sementara pelaku ditembak mati oleh aparat keamanan. Beberapa korban luka-luka dilaporkan telah dirawat di sejumlah rumah sakit di Texas.
Disampaikan oleh KJRI Houston bahwa tidak ada korban WNI dalam peristiwa tersebut. KJRI Houston mengimbau WNI di AS untuk berhati-hati, meningkatkan kewaspadaan, dan segera melaporkan situasi darurat ke aparat keamanan setempat dan Perwakilan RI. Berdasarkan data KJRI Houston, terdapat 10 ribu WNI yang menetap di Texas. Sebanyak 50 WNI di antaranya tinggal di wilayah San Antonio.
Penembakan itu, yang merupakan insiden terbaru kekerasan bersenjata di AS, terjadi 10 hari setelah 10 orang tewas di Buffalo, New York, di lingkungan yang didominasi orang kulit hitam. Penembakan di Robb Elementary School juga menjadi salah satu penembakan sekolah paling mematikan setelah insiden Sandy Hook, Connecticut yang menewaskan 26 orang, dan penembakan sekolah di Parkland, Florida yang menelan 17 korban jiwa.
Editor : Arif Handono