Masjidnya yang agung penuh dengan para sahabat dan tabi’in yang hijrah ke sana dan halaqah-halaqah keilmuan dengan beraneka ragam dan coraknya memakmurkan masjid-masjid dan suraunya. Hasan al-Bashri tinggal di masjid itu dan menekuni halaqah Abdullah bin Abbas, Habru umati Muhammad (Ustadnya umat Muhammad).
Dia mengambil pelajaran tafsir, hadis, qiraah, fiqh, adab, bahasa dan sebagainya. Hingga beliau menjadi seorang ulama besar dan fuqaha yang terpercaya. Maka, umat banyak menggali ilmunya, mendatangi majelisnya serta mendengarkan ceramahnya yang mampu melunakkan jiwa-jiwa yang keras dan mencucurkan air mata orang-orang yang terlanjur berbuat dosa. Banyak orang terpikat dengan hikmahnya yang mempesona. Baca juga: Imam Hasan Al-Basri dan Simeon, Penyembah Api yang Masuk Surga Nama Hasan al-Bashri telah menyebar di seluruh daerah dan dikenal di mana-mana. Para gubernur dan khalifah menanyakan dan mengikuti beritanya. Khalid bin Shafwan bercerita saat bertemu Maslamah bin Abdul Malik, yang ditanyakan adalah Hasan al-Bashri.
“Ceritakan apa yang Anda ketahui tentangnya,” ujar Maslamah kepada Khalid. Maka berceritalah murid Hasan al-Basri ini. "Beliau adalah orang yang hatinya sama dengan lahiriyahnya, perkataannya serasi dengan perbuatannya. Jika menyuruh perkara yang ma’ruf, maka beliau pula yang paling sanggup melakukannya. Jika melarang yang mungkar, beliau pula yang paling mampu meninggalkannya. Saya mendapatinya sebagai orang yang tidak memerlukan pemberian; dan zuhud terhadap apa yang ada di tangan orang lain. Sebaliknya saya dapati betapa orang-orang memerlukan dan menginginkan apa yang dimilikinya.” iNews Madiun
Editor : Arif Handono