KIAI Subchi Parakan, salah satu pejuang Muslim yang ikut membela Tanah Air. Ia dikenal dengan Kiai Bambu Runcing, karena beliau yang membakar sepangat para pemuda untuk melawan penjajah walaupun hanya bersejatakan bambu runcing.
Seperti dilansir NU Online, Kiai Subchi merupakan seorang ulama besar yang berasal dari Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Lahir pada tahun 1850, Subchi, atau sering disebut dengan Subeki, merupakan putra sulung Kiai Harun Rasyid yang merupakan penghulu masjid di kawasan tersebut.
Kiai Subchi dikenal sebagai ulama dan pejuang yang membakar semangat para pemuda untuk bertempur melawan penjajah. Beliau meminta pemuda-pemuda untuk mengumpulkan bambu yang ujungnya dibuat runcing, kemudian diberi asma' dan doa khusus.
Berbekal senjata bambu runcing, pemuda-pemuda Tanah Air berani berjuang di garda depan bertarung dengan melawan kolonial Belanda. Bambu runcing inilah yang kemudian menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah Belanda.
Melansir dari unggahan akun Instagram @ulama.nusantara, Kiai Subchi dikenal sebagai seorang yang murah hati dan suka membantu warga sekitar yang kekurangan. Beliau dikenal sebagai orang yang dermawan dan suka bersedekah.
Kiai Subchi sering membagikan hasil pertanian, maupun menyumbangkan lahan kepada warga yang tidak memilikinya. Tindakannya itu membuat sosoknya disegani warga dan memiliki kharisma yang sangat kuat.
Ketika barisan Kiai mendirikan Nahdlatul Ulama pada 1926, Kiai Subchi turut serta dengan mendirikan NU Temanggung. Beliau kemudian menjadi Rais Syuriah NU Temanggung. Kiai Subchi juga sangat mendukung anak-anak muda untuk berkiprah dalam organisasi.
Kiai Subchi juga dikenal sebagai sosok sederhana, zuhud dan sangat tawadhuk. Ketika banyak pemuda pejuang yang sowan untuk minta doa dan asma', Kiai Subchi justru menangis tersedu-sedu.
Dalam memoarnya 'Berangkat dari Pesantren', Kiai Saifuddin Zuhri (1919-1986) menceritakan bahwa KH Wahid Hasyim, KH. Zainul Arifin, dan KH Masjkur pernah mengunjungi Kiai Subchi. Dalam pertemuan tersebut, Kiai Subchi menangis karena banyak yang meminta doanya. Padahal ia merasa tidak layak dengan maqam tersebut.
Kiai Saifuddin Zuhri juga menuliskan bahwa, Kiai Subchi menjadi rujukan laskar-laskar yang berjuang di garda depan revolusi kemerdekaan. Berbondong-bondong barisan-barisan laskar dan TKR menuju Parakan, hanya untuk meminta doanya agar mereka mampu berperang melawan penjajah.
Bahkan Jenderal Sudirman berkunjung ke kediaman Kiai Subchi untuk meminta doa dan bantuan darinya. Beliau sowan ke kediaman Kiai Subchi.
Jenderal Sudirman sering berperang dalam keadaan suci. Beliau juga mengamalkan doa dari Kiai Subchi yang merupakan teladannya. Dari kisah ini dapat diketahui kalau Jenderal Sudirman merupakan santri Kiai Subchi. iNews Madiun
Editor : Arif Handono