JAKARTA, iNewsMadiun.id - Nian adalah hewan legenda asal Tiongkok, hewan ini mejadi salah satu cikal perayaan imlek hingga tradisi mengenakan pakaian atau pernak-pernik serba merah.
Dalam mitologi Tiongkok, Nian atau Nian Shou digambarkan sebagai makhluk buas raksasa. Makhluk ini hidup di dasar laut, gunung ataupun hutan. Nian gemar menyantap hewan, burung bahkan manusia.
Legenda Monster Nian diperkirakan muncul di masa Chunqiu. Legenda Monster Nian juga dapat ditemukan dalam buku Jingchu Sui Shi, catatan kebiasaan Tahun Baru Jingchu yang dibuat pada zaman Dinasti Selatan dan ditulis oleh Zong Lin (498–561).
Monster Nian juga diceritakan ditangkap oleh Hongjun Laozu, dewa Taoisme dalam kisah Fengsheng Yanyi, dan dijadikan kendaraan Hongjun Laozu.
Di cerita lainnya, Monster Nian digambarkan berkepala panjang dan bertanduk tajam. Nian diceritakan tinggal jauh di dalam laut dan hanya akan muncul setiap Malam Tahun Baru Imlek untuk memakan orang.
Cerita ini dimulai pada 3.500 tahun silam. Pada saat malam tahun baru Imlek, Nian keluar dari persembunyiannya untuk memantap manusia yang sedang berkumpul merayakan imlek.
Saat itu, warga Desa Bunga Persik atau Tao Hua Chun mulai mengungsi lantaran takut menjadi makanan Nian. Mereka membawa seluruh anggota keluarga untuk berpindah ke daerah yang aman.
Dilansir dari tionghoa.info, Senin (31/1/2022), saat warga akan mengungsi, muncul kakek tua berkumis putih. Dia merupakan kakek dari desa lain, kedatangan ke Desa Bunga Persik untuk mengemis makanan. Dia juga membawa kantong serta tongkat.
Namun, lantaran warga sedang sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk mengungsi, kakek tua itu diabaikan. Perjalanan kakek tua itu tiba di bagian barat desa itu.
Di sana ada seorang perempuan tua. Dia kemudian memberikan makanan ke sang kakek. Dia juga memmberikan nasihat agar mengungsi ke tempat aman lantaran Nian akan datang.
Sang kakek bergeming, dia malah meminta izin kepada perempuan tua itu untuk tinggal di rumahnya. Dengan imbalan, sang kakek mengusir Nian dari desa.
Dia tidak percaya dengan ucapan sang kakek. Perempuan itu kemudian meninggalkan sang kakek dan pergi untuk mengungsi. Sementara sang kakek tetap berada di rumah perempuan itu.
Saat tengah malam, Nian ternyata benar-benar datang. Di melihat kondisi desa itu yang berubah menjadi sepi. Dia kemudian menuju rumah perempuan tua tersebut.
Nian kaget bukan kepalang saat melihat rumah itu. Dia tampak ketakutan setelah melihat kertas merah yang tertempel di depan pintu rumah. Dia semakin takut setelah melihat di dalam rumah terpasang lilin yang terang. Nian pun marah. Dia bergegas menghampiri rumah perempuan itu.
Namun, dia tak bisa mendekat. Ketakutan Nian menjadi setelah mendengar sudara ledakan dari rumah itu. Nian pun kemudian menjerit panik. Tubuh Nian gemetaran, tidak lagi berani untuk mendekati rumah tersebut.
Nian yang berada di depan pintu rumah melihat seorang kakek tua berjubah merah sedang tertawa. Nian semakin panik dan takut dan kabur menginggalkan rumah itu.
Keesokan harinya, tepat di hari pertama Tahun Baru Imlek, warga kembali dari pengungsiannya. Mereka heran melihat desa tersebut aman dan seolah tidak terjadi apa-apa.
Perempuan tua yang memberi makan kakek tua itu tersadar. Dia menduga jika kakek itu yang mengusir Nian. Si perempuan ini kemudian menceritakan hal itu ke warga.
Warga berbondong-bondong menuju rumah perempuan yang didiami sang kakek. Mereka melihat kertas merah masih tertempel di pintu, cahaya lilin di dalam rumah dan bambu yang terbakar dan menghasilkan suara ledakan.
Wargapun kagum dengan hal itu. Mereka merasa senang bisa merayakan tahun baru imlek tanpa gangguan Nian.
Berita tentang peristiwa ini sangat cepat beredar ke desa dan kampung lainnya. Cara mengusir Nian pun diterapkan semua warga saat perayaan Imlek.
Mulai saat itu, setiap malam menjelang Tahun Baru imlek, masing-masing rumah menempelkan sepasang bait puisi atau Tui Lian atau Chun Lian yang ditulis di atas kertas berwarna merah, menyalakan petasan-petasan serta cahaya lilin yang terang benderang, dan penghuninya tidak tidur sepanjang malam di malam Tahun Baru Imlek.
Editor : Arif Handono