get app
inews
Aa Text
Read Next : Kewingitan Keris Madiun

Tundung Madiun

Jum'at, 07 Januari 2022 | 04:32 WIB
header img

Cerita tentang keris atau tosan aji lainnya tidak lepas dari mitos dan mistis. Percaya atau tidak, faktanya dua variabel irrasional tersebut itu sudah begitu mengakar di masyarakat, dan menjadi cerita turun-temurun yang tak lekang jaman, hingga saat ini maupun nanti.

Salah satu keris yang kehadirannya diwarnai cerita yang menggetarkan adalah pusaka made in Madiun dan menjadi kebanggaan masyarakat daerah tersebut. Keris apakah itu? Hehe tidak dijawab langsung biar penasaran. Paparan ini sekaligus meneruskan tema Malam Jumatan pekan lalu tentang Kewingitan Keris Madiun.

Keris dimaksud adalah Keris Tundung Madiun. Saking bangga dan melegendanya, dia menjadi pusaka Kota Madiun dan menjadi bagian dari simbol kota yang memuat makna kejayaan, kepribadian dan tolak bala.Tiap memasuki bulan Suro, Keris Kiai Tundung Madiun dijamasi bersama keris Kiai Kolo Gumarang, dan dua tombak, yakni Kiai Singkir dan Kiai Balabar.

Dari sisi jenis, keris tundung terdiri dari banyak dapur. Namun, Sengkelat Tundung Madiun adalah yang terpopuler. Sedangkan dibanding keris lainnya yang dibuat empu di daerah yang pernah bernama Purbaya tersebut, yang disebut Tundung Madiun kerisnya berpawakan lebih besar, pamor lebih jadi, kembang kacang tidak memakan gandik, dan jalen kebanyakan dua.

Konon keberadaannya memicu kelahiran keris Guling Mataram setelah dua kali dipermalukan Purbaya karena kalah dalam pertempuran. Secara perawakan keris buatan Ki Guling juga disebut lebih keren dibanding keris-keris yang diproduksi empu di kerajaan yang didirikan Danang Sutowijoyo tersebut.

Sengkelat Tundung Madiun juga lebih popular didamping keris lainnya yang masuk kategori tundung karena konon awal Mpu Umyang membuat keris setelah diusir atau ditundung dari Demak adalah keris dapur ini. Mpu Umyang adalah nama lain dari Joko Suro, putra empu legendaris pencipta Keris Sengkelat, Empu Supo, dengan Dewi Sugihan atau Lara Upas.

Keris Sengkelat sendiri kelahirannya sarat dengan mitos dan mistis. Konon, dapur inisejatinya adalah ‘produk gagal’ karena awalnya dipesan bukan untuk keris, tapi untuk pisau untuk menyembelih. Pemesannya tak lain adalah Sunan Kalijaga yang juga kakak ipar Empu Supo. Pembuatan keris berluk 13 tersebut kemudian diikuti dengan pembuatan Keris Carubuk yang berluk 7, yang juga sangat legendaris.

Nama Keris Sengkelat menjadi sangat masyhur ketika Majapahit mengalami pagebluk, wabah yang membuat mereka yang terjangkit pagi hari sore mati, dan sebaliknya terjangkir sore paginya mati. Kalangan istana kian kalut karena sang permaisuri Raja Brawijaya, Putri Cempo, juga gering.

Mitosnya, wabah penyakit ditimbulkan keris Kiai Condong Campur. Wabah karena ulah keris dan harus dinetralisir dengan keris pula, maka diperintahkanlah empu senior kerajaan, Mpu Supadriya dan Mpu Supagati turun gunung. Celakanya, keduanya ndilalah juga sakit. Sebagai penggantinya, Mpu Supadriya diwakili putranya Mpu Supo dan Mpu Supagati juga diwakili sang putra, Mpu Jigja.

Untuk menundukkan tingkah polah Keris Condong Campur, kedua empu muda itu masing-masing mengerahkan Kiai Sengkelat dan Kiai Sabuk Inten, dengan akhir cerita berhasil mengalahkan keris si biang kerok tersebut dan membuatnya kembali masuk warangkanya, hingga Majapahit kembali aman dan tentram (sengkolo mencelat atau sengkelat).

Dari pertarungan kanuragan antarkeris tersebut, ada tafsir menarik seperti ditulis griyokulo.com. Dituturkan, pertarungan tersebut sebagai ilustrasi situasi revolusi yang mengantar runtuhnya kerajaan terbesar di Nusantara tersebut.

Berdasar Babad Demak, Sengkelat simbolisasi gerakan rakyat yang menuntut diakhirnya hak istimewa kalangan bangsawan, Sabuk Inten sebagai gerakan kaum pemilik modal yang ingin memanfaatkan situsi tak menentu, Carubuk merupakan gerakan santri yang terpisah dari gerakan rakyat, dan Condong Campur merupakan simbol feodalisme dan konservatisme Majapahit. Kiai Sengekelat lah yang berhasil mengalahkan

Kiai Condong Campur.

Nama Kiai Sengkelat di era akhir Majapahit kembali mengemuka ketika adipate Blambangan mendapatkan petunjuk dari seorang ahli nujum bernama Huyung. Petunjuk apakah itu? Mencuri Kiai Sengkelat karena di situlah wahyu kerajaan bertempat. Dalam kisah inilah Maling Cluring beraksi dan kemudian Mpu Supo menjalani misi intelijen –mengutip penyataan Mas Ari dari Galeri Pusaka Indonesia- mengembalikan keris tersebut dengan berganti nama menjadi Mpu Koso saat melalang buana di Madura dan Mpu Pitrang saat menyamar di Blambangan.

Lantas bagaimana dengan mitos dan mistis yang melatari kelahiran Sengkelat Tundung Madiun, Ceritanya dimulai dari Joko Suro saat itu yang mendapat gelar Pangeran Merdeka yang berkedudukan di Sendang Sedayu menggantikan sanga ayah, Mpu Supo atau Pangeran Sedayu berkeinginan mengabdi ke Kesultanan Demak pascaruntuhnya imperium Majapahit.

Namun pengabdiannya tidak berjalan mulus karena dia gagal memenuhi tugas sang raja Kerajaan Islam pertama di Tanah Jawa tersebut untuk membuat keris yang lebih sakti dari keris-keris yang pernah dibuatnya. Akibatnya, dia pun ditundung atau diusir dari Demak. Dalam kondisi remuk redam inilah, dia pergi dan berjalan hingga sampai di Desa Wanasari.

Di tempat ini, Jaka Sura atau Mpu Umyang menemukan sebuah kolam berair sangat jernih. Kolam ini juga bukan sembarang kolam, tapi kolam yang berisi air kehidupan. Sebab, bila ada binatang yang mati, mitosnya bisa hidup kembali jika dicemplungkan ke dalamnya. Rupannya, kondisi ini memunculkan inspirasi sang empu untuk membuat keris, termasuk memanfaatkan air kolam untuk mendinginkan tempaan keris.

Ketika Mpu Umyang tengah bekerja membuat keris berluk 13 mirip sengkelat dan menyelupkan bakal keris ke dalam kolam, dia melihat sesok hantu berayun-ayun di sebuah pohon. Tanpa merasa terganggu, dia meneruskan pekerjaannya. Hasilnya, keris buatannya itu benar-benar ampuh dan sakti. Betapa tidak, keris yang baru dibuatnya tersebut mengeluarkan sinar dan cahayanya menembus angkasa.

Di tengah rasa bahagia yang membuncah, sang empu memberi nama keris tersebut Tundung Madiun. Nama diambil karena Mpu Umyang -yang diceritakan pernah berguru pada Mpu Anjani- membuatnya setelah ditundung dari Demak, dan saat membuat dia melihat hantu atau memedi yang berayun-ayun (disingkat mediun).

Kesimpulan dari cerita yang panjang lebar ini adalah sebuah pertanyaan, apakah keris yang tertampang ini adalah keris Tundung Madiun yang ampuh nan sakti? Wallohualam. Yang jelas, siapapun yang dipercaya dan dititipi pusaka apapun mempunyai tanggung jawab nguri-nguri warisan leluhur sembari mensyukuri karuniaNya yang begitu luar biasa berupa budaya dan peradaban Jawa yang adiluhung.(*)

Editor : Arif Handono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut