MADIUN, iNewsMadiun.id - Gerhana matahari hibrida diperkirakan terjadi tepat di hari ke 21 bulan suci Ramadhan yang jatuh pada 20 April 2023. Disebut gerhana matahari hibrida karena Gerhana Matahari yang memiliki dua macam gerhana berbeda yang terjadi dalam satu waktu secara berurutan. Fenomena dimulai dengan Gerhana Matahari Cincin dan berubah menjadi Gerhana Matahari
Kemudian, dari gerhana matahari totsl kembali menjadi gerhana matahari cincin dalam waktu singkat. Meskipun belum terjadi, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa telah memberikan simulasi ketampakan Gerhana Matahari Hibrida dari Biak, Papua pada 20 April 2023 melalui akun Instagram resmi LAPAN. "Semoga kita nanti dapat mengamatinya ya #kawanBRIN," bunyi cuitan di akun Instagram resmi LAPAN terkait fenomena tersebut.
Dikutip dari situs LAPAN, Gerhana Matahari terjadi akibat bayang-bayang Bulan mengenai Bumi, di mana cahaya Matahari yang menuju Bumi pada siang hari terhalang bulatan Bulan. Diameter Bulan tidak lebih besar dari diameter Bumi, maka Gerhana Matahari hanya terjadi pada sebagian kecil permukaan Bumi dan berlangsung kurang lebih tujuh menit. Walaupun Bulan berukuran kecil, Bulan mampu menghalangi cahaya Matahari karena Bulan lebih dekat dari Bumi yakni dengan jarak rata-rata 384.400 km. Sementara jarak Matahari ke Bumi rata-rata 149.680.000 km.
Anggota Tim Astrofotografi Universitas Brawijaya (UB) Eka Maulana menyebut, gerhana matahari total bisa diamati di Indonesia bagian Timur hingga tengah. Sedangkan, gerhana matahari parsial (sebagian) bisa diamati dari Indonesia bagian tengah hingga Barat. "Fenomena gerhana matahari diperkirakan akan terjadi pada tanggal 20 April 2023," ungkap Eka dikutip dari laman resmi UB, Kamis (23/3/2023).
Eka menjelaskan gerhana matahari bisa dilihat masyarakat wilayah Indonesia Barat mulai pukul 9.28 WIB hingga 12.22 WIB. "Puncak gerhana matahari terjadi pukul 10.52 dengan tingkat magnitute gerhana 67 persen. Total waktu gerhana 2 jam 55 menit," lanjutnya.
Gerhana matahari berpotensi menyebabkan penurunan jumlah foton yang merupakan gelombang elektromagnetik di atas bumi. Gelombang ini berfungsi sebagai media transmisi pengiriman sinyal satelit, radio, ponsel dan komunikasi lainnya. “Jika perangkat-perangkat komunikasi ini tidak diset dengan ambang batas toleransi perubahan intensitas radiasi ini maka ada peluang akan terpengaruh dalam pengiriman datanya," tutur Eka.
Tim Laboratorium Fakultas Teknik UB ini mengimbau masyarakat selalu waspada ada segala bentuk perubahan iklim, cuaca dan fenomena lainnya. “Bahwa adanya fenomena-fenomena ini adalah tanda-tanda alam dari sang Pencipta yang mestinya kita ambil pelajaran serta hikmahnya. Disarankan melihat gerhana matahari dengan filter matahari, sehingga tidak secara langsung radiasi sinar ini mengenai mata kita,” tutu
https://www.inews.id/techno/sains/siap-siap-gerhana-matahari-hibrida-bakal-terjadi-pada-20-april.
Editor : Arif Handono