get app
inews
Aa Text
Read Next : Pengadaan Pegawai Non ASN RSUD Caruban Diumumkan Resmi Dengan Surat dan Ditunda Dengan Flyer

Gagal Masuk Angkatan Laut, Anak Tokoh Muhammadiyah Ini Malah Jadi Panglima TNI

Minggu, 27 November 2022 | 09:11 WIB
header img
Jenderal TNI Feisal Tanjung ditunjuk Presiden Soeharto menjadi Panglima ABRI pada periode 1993 hingga 1998. Foto/ANTARA

Mendaftar Taruna AAL

Layaknya anak-anak Sibolga, Feisal semasa remaja juga akrab dengan pantai, laut dan ombak. Maklum, Sibolga merupakan kota di pantai Barat pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari Utara ke Selatan dan berada pada kawasan Teluk Tapian Nauli.

Tak hanya itu, pemandangan prajurit TNI Angkatan Laut yang sedang bertugas juga menghiasi kota ini. Karena kebiasaan melihat anggota AL inilah terpetik hasrat dalam dada Feisal untuk menjadi prajurit AL. Ditulis Usamah Hisyam, ketika duduk di kelas tiga SMP Feisal diam-diam pernah mendaftarkan diri menjadi aspiran kadet AAL.

Untuk diketahui saat itu AAL menerima tamatan SMP untuk menjadi aspiran (calon) kadet. Dalam perhitungannya, ketika dia diterima sebagai aspiran kadet, maka dua tahun berikutnya dapat menjadi kadet. Namun harapan itu kandas. Dia tidak diterima lantaran tak memenuni syarat usia minimal yang ditetapkan yakni 16 tahun. Feisal baru berusia 15 saat mendaftar itu. Namun kegagalan ini tak membuatnya patah arang.

Tamat SMA, lagi-lagi dia mengisi formulir pendaftaran masuk AAL. Tapi kali ini dia juga mendaftar di Akademi Militer Nasional atau AMN (kini Akademi Militer/Akmil). Cita-cita boleh menjadi Angkatan Laut, namun surat panggilan dari AMN datang terlebih dahulu. Jadilah dia akhirnya mengikuti seleksi. Feisal lolos tingkat kodam hingga akhirnya resmi menjadi calon prajurit taruna (capratar) pada 1958.

Bocah dari keluarga Muhammadiyah ini pun akhirnya sukses menempuh pendidikan militer darat dan lulus pada 1961. Ditunjuk Soeharto sebagai Panglima Karier militer Feisal Tanjung terbilang cemerlang. Prajurit dari kecabangan infanteri ini banyak ditempa di Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang kelak berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) dan akhirnya Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Selain itu dia juga berkiprah di Pasukan Cakra alias Kostrad. Berbagai jabatan pernah melekat di pundak prajurit tempur ini. Dimulai dari komandan peleton dan kompi di Yonif 152 Kodam XV/Pattimura, dia lantas menjadi Komandan Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD, Komandan Detasemen 41 Grup 4 RPKAD, hingga Wakil Komandan Grup 1 RPKAD (Grup 1/Para Komando).

Di Baret Hijau, tentara yang pernah terlibat operasi penumpasan G30 S/PKI ini dipercaya sebagai Kastaf dan Komandan Brigif Lintas Udara 17 Kostrad. Setelah itu meroket sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Kostrad, Kepala Staf Komando Tempur Lintas Udara Kostrad dan akhirnya Panglima Komando Tempur Lintas Udara Kostrad (Divisi Infanteri 1/Kostrad).

Editor : Arif Handono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut