Ketika itu pada tahun 1975, terjadi Revolusi Bunga di Portugal, negara yang saat itu menduduki Timor-Timur. Revolusi ini menyebabkan Portugal tidak bisa mempertahankan daerah kekuasaannya sehingga dimanfaatkan partai politik komunis Fretilin untuk merebut Timor Timur. Saat itu ada lebih dari 60.000 warga sipil yang menginginkan integrasi dengan Indonesia dibantai pasukan Fretilin.
Demi mencegah terjadinya hal lebih buruk, Indonesia membentuk pasukan gabungan Nanggala-LII Kopassandha (sekarang Kopassus). Satu grup yang terdiri atas sembilan perseonel pun dikirim ke Timor-Timur. Dalam grup tersebut berisi empat anggota Kopassus dan lima personel Kostrad yang dipimpin Letnan Poniman Dasuki. Tim ini berpatroli di Zona Z, KV 34-34 Komplek Liasidi, pedalaman Hutan Bumi Larose. Wilayah ini terkenal sangat rawan sebab menjadi sarang tokoh-tokoh utama Fretilin yang memiliki persenjataan unggul pada masanya serta pasukan terlatih dengan pengalaman perang mumpuni.
Misi dimulai dengan rencana pasukan Kopassandha menyergap Pos Pengamatan Fretilin untuk memudahkan langkah. Namun, setelah rencana berhasil, tiba-tiba pasukan Fretilin berjumlah sekitar 300 orang muncul dari berbagai arah lengkap dengan senjata canggih, seperti senapan serbu, mortar dan GLM. Posisi pasukan Kopassandha juga tidak menguntungkan.
Editor : Arif Handono