get app
inews
Aa Read Next : Ini Dia 12 Kampung Tematik Kota Madiun, Ada Sport Centre hingga Peceland

Sepenggal Kisah Kerajaan di Nusantara sebelum Masehi dan Awal Mula Penduduk Pulau Jawa

Kamis, 21 Juli 2022 | 06:40 WIB
header img
Peninggalan kerajaan di Pulau Jawa. (Foto: ilustrasi)

JAKARTA, iNewsMadiun.id - Kitab kuno mencatat sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan yang ada di Pulau Jawa, pernah ada kerajaan yang berdiri sebelum Masehi.

Kerajaan ini berlokasi di daerah Singosari, Malang, Jawa Timur dan konon menjadi bagian dari sejarah awal mula Pulau Jawa dihuni manusia pada tahun 100 sebelum Masehi (SM).

Tapi jauh sebelum itu, konon pulau terpadat di Indonesia ini penduduknya didatangkan dari luar negeri. Hal ini berdasarkan pada beberapa sumber kuno yang dikutip dari buku "Babad Tanah Jawi" yang ditulis Soedjipto Abimanyu. 

Sumber kuno mengisahkan para penghuni ini berasal daerah Turki, tetapi ada yang menyebut berasal dari daerah Dekhan, India

Dikisahkan saat itu penduduk Raja Rum pada tahun 350 SM konon mengirimkan perpindahan penduduknya sebanyak 20.000 laki-laki dan 20.000 perempuan yang dipimpin oleh Aji Keler. 

Pengiriman ini konon merupakan misi kedua setelah misi pertamanya pada tahun 450 SM gagal. Saat itu seluruh utusan dari luar negeri terpaksa kembali dengan tangan hampa.

Saat misi pengiriman kedua itulah, Pulau Jawa yang konon bernama Nusa Kendang ditemukan sebagai pulau yang tertutupi hutan dan dihuni oleh berbagai jenis binatang buas dan tanahnya datar ditumbuhi tanaman yang dinamai Jawi. Dari situlah konon pulau ini dinamai dengan Jawi.

Tetapi agak sulit menentukan lokasi pendaratan para utusan tersebut. Diperkirakan pendaratan terjadi di wilayah Semampir, yakni suatu tempat yang dekat dengan Surabaya saat ini. Gelombang kedua ini juga mengalami kegagalan. Dari puluhan ribu orang konon hanya terisa 40 pasang.

Hal ini mendorong sang raja mengirimkan utusan lagi dengan persiapan lebih matang dan penyediaan alat yang lebih lengkap. Hal ini untuk menjaga mereka dari kemungkinan serangan binatang buas, seperti yang dialami urusan pertama dan kedua.

Selain peralatan pengamanan diri, mereka juga dilengkapi dengan alat pertanian sebagai alat bercocok tanam bila kelak berhasil menempatinya dengan aman.

Sementara itu, untuk mencegah orang-orang tidak melarikan diri maka diangkatlah seorang pemimpin dari kalangan mereka, yaitu Raja Kanna.

Dikisahkan gelombang ketiga ini konon berhasil menyebar ke pedalaman-pedalaman yang terbuka di Pulau Jawa. Dari sisi kepercayaan, gelombang ketiga ini dipercaya menganut kepercayaan animisme.

Sejarah juga mencatat konon pada 100 SM terjadi perpindahan penduduk yang terdiri atas kaum Hindu Waisya. Mereka adalah para petani dan pedagang yang karena permasalahan keyakinan, kemudian mereka meninggalkan India. 

Kelompok keempat inilah yang kemudian menetap di daerah Pasuruan dan Probolinggo. Kemudian mereka secara perlahan membuat koloni-koloni di bagian selatan Pulau Jawa, yang pusatnya terletak di Singosari. 

Ketika di Singosari, siapa yang memimpin memang tidak jelas. Tetapi ada naskah yang menyatakan adanya ratu yang memegang kekuasaan di daerah Kedi, namanya Nyai Kedi.

Singgasana kerajaannya berada di Kediri. Pada tahun 900 Masehi, keturunan Hindu - Waisya dimasukkan dalam Kerajaan Mendang yang juga dinamakan Kamulan. Nama lain Mendang adalah Medang, dan Kamulan adalah Ngastina atau Gajah Huiya.iNewdMadiun

Editor : Arif Handono

Follow Berita iNews Madiun di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut