TOKYO, iNewsMadiun.id - Shiseido menjadi salah satu raksasa kosmetik di dunia. Siapa sangka pendirinya adalah seorang anak ahli jamu tradisional di Jepang, bernama Arinobu Fukuhara.
Mengutip laman resmi Shiseido, Fukuhara yang saat itu berusia 23 tahun membuka apotek di Jepang dengan gaya Barat pertama di jantung Ginza, Tokyo pada 1872.
Dia dididik oleh ayahnya yang seorang ahli jamu tradisional mengenai pengobatan Barat dan dilatih sebagai apoteker sebelum bekerja menjadi Kepala Apoteker di Angkatan Laut Jepang.
Dengan bantuan dari sejumlah rekannya, dia fokus pada penelitian dan pengembangan obat-obatan yang terinspirasi Barat. Misinya adalah untuk mengambil segala sesutu yang baik di dunia dan menggunakan untuk menciptakan hal-hal baru.
Hasilnya adalah apothecary Shiseido atau ahli obat Shiseido, yang menggabungkan pengetahun Barat terbaik dengan kebijaksanaan Timur, estetika dan keramahan.
Fukuhara mengambil nama dari sebuah bagian dalam teks China kuno, yakni Yi Jing atau kadang disebut I Ching. Jika diterjemahkan ke bahasa Inggris, Do berarti rumah, dan Shi Sei berarti tempat segala sesuatu dilahirkan.
Produk pertama yang membuat apoteknya terkenal adalah produk sederhana. Pada 1888, Fukuhara merilis pasta gigi yang mengakhiri bubuk yang berantakan, abrasif, dan rasanya tidak enak.
Bahkan dengan harga delapan kali lipat dari pasta gigi biasa, inovasinya nyaman, rasanya lebih enak, dan langsung populer.
Keberhasilan pasta gigi tersebut membuka jalan bagi Fukuhara untuk mengembangkan produk nonfarmasi baru, yaitu kosmetik dan perawatan kulit, yang semuanya menggunakan ilmu pengetahuan mutakhir untuk meningkatkan kualitas dan khasiatnya.
Tujuannya untuk mengambil keuntungan dari semua kemajuan yang dibuat dalam ilmu farmasi kontemporer untuk menghasilkan produk rumahan yang lebih disesuaikan dengan fisiologi dan selera perempuan Jepang.
Kemudian produk perawatan kulit pertama Shiseido, yakni Shiseido Eudermine mulai dipasarkan pada 1897 hingga saat ini. Pada produk barunya yang revolusioner tersebut, Fukuhara mengungkapkan kecantikan itu universal.
"Jadi produk yang melayani kecantikan juga harus universal," kata dia.
Sejak itu, kata-kata tersebut telah merangkum filosofi Shiseido. Meski dia mengubah budaya Jepang dengan perawatan kulit, produk rambut, make up melalui mereknya, namun jika menyangkut kosmetik, menurutnya, Jepang masih terkunci di Zaman Edo.
Setelah itu, Fukuhara selalu melakukan inovasi. Dia bahkan mengunjungi AS dan Eropa untuk mengeksplorasi terobosan ilmiah dan sosial mereka. Dia menemukan toko obat Amerika yang memiliki air mancur soda di belakang konter mereka.
Karena itu, pada 1902, dia memesan satu untuk apoteknya sendiri dan mulai menyajikan soda es krim di piring dan gelas impor.
Hal ini menjadi sesuatu yang baru dan menarik untuk Jepang, sehingga orang-orang datang dari seluruh negeri untuk mencobanya.
Dari air mancur soda tunggal itu muncul jaringan Shiseido Parlor, yang kini meluas ke restoran, kafe, dan toko makanan dan minuman.
Fukuhara bukan hanya pelopor dalam dunia kecantikan, tapi dia membuat kehidupan sehari-hari lebih menyenangkan, dan menarik bagi penduduk Tokyo dan sekitarnya.
Hari ini, 150 tahun kemudian, semangatnya hidup ada di lemari kamar mandi, tas rias, dan hasil tak terbantahkan yang diciptakan oleh produk Shiseido di seluruh dunia.iNewsMadiun
Editor : Arif Handono