MADIUN, iNewsMadiun.id - Salah satu peristiwa penting yang terjadi di bulan Rajab adalah pindahnya arah kiblat, dari Baitul Maqdis ke Kakbah di Masjidil Haram. Jadi, Kakbah bukanlah kiblat pertama bagi umat Islam untuk menghadapkan wajahnya saat sholat.
Perubahan arah kiblat yang 180 derajat ini membuat kaum Yahudi kesal. Mereka sangat geram dan melontarkan desas-desus yang tidak sedap dengan menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang yang plin-plan, seketika sholat menghadap ke sini dan ke sana.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul " Sejarah Hidup Muhammad " mengungkapkan orang-orang Yahudi merasa sesak napas. Lalu mereka mengatakan kepada Nabi Muhammad, bahwa para rasul sebelum dia semua pergi ke Baitul Maqdis dan memang di sana tempat tinggal mereka. Jika dia juga memang benar-benar seorang rasul, iapun akan berbuat seperti mereka, dan kota Madinah ini akan dianggapnya sebagai kota perantara dalam hijrahnya dulu antara Mekkah dengan al-Masjidil Aqsha.
Sekali lagi mereka berusaha memperdayakannya, dengan mengatakan, bahwa mereka akan mau jadi pengikutnya kalau ia kembali ke kiblat semula. Kaum Yahudi juga menebarkan isu bahwa kebaikan hanya bisa diraih dengan cara sholat menghadap Baitul Maqdis.
Allah SWT lalu menurunkan ayat guna menghancurkan desas-desus tersebut. Ketika turunlah ayat 177 dalam Surat al-Baqarah :
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta, (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait