Pastor Mattiuzzi memulai perjalanannya dari Venesia. Dia berlayar dan singgah di Pelabuhan Konstatinopel, Teluk Persia, Mumbai, Malabar, Srilanka, Madras, dan berbagai kepulauan di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Dalam catatan perjalanannya ke Tanah Jawa, yang diungkap penakatolik.com, Pastor Mattiuzzi mengaku terkagum-kagum dengan kehidupan orang-orang di Jawa.
Hal ini yang membuatnya tinggal beberapa waktu di Jawa, hingga berpetualang ke pedalaman Jawa. Pastor Mattiuzzi jelang akhir hayatnya sempat mendatangi Biara Santo Antonius di Padua. Dia bertemu dengan temannya, William de Solona. Kepada temannya tersebut, Mattiuzzi meminta untuk membuatkan catatan tentang perjalanannya selama berada di Jawa.
Salah satu yang dikisahkan, adalah ketakjuban Pastor Mattiuzzi kepada Raja Jawa yang memiliki istana besar dan mewah. Istana tersebut memiliki tangga lebar dan megah, anak tangganya berlapiskan emas dan perak. Seluruh dinding dilapisi emas tempa, dan terdapat gambar-gambar ksatria yang terukir dalam lapisan emas. Setiap ksatria di dalam Istana Majapahit juga disebut oleh Pastor Mattiuzzi menggunakan mahkota emas yang berhias beragam batu mulia.
Atap istana terbuat dari emas murni, dan dindingnya dilapisi lempengan emas serta perak. Kunjungan Pastor Mattiuzzi ke wilayah Majapahit, dilakukan sekitar tahun 1321-1322 Masehi. Pada masa itu, Majapahit berada di bawah pemerintahan Raja Jayanegara, putera dari Raden Wijaya. Kehadiran orang Eropa ke Istana Majapahit, juga disebut oleh Riboet Darmosoetopo "Sejarah Perkembangan Majapahit", yang termuat dalam buku "700 Tahun Majapahit, Suatu Bunga Rampai".
Riboet Darmosoetopo , Gubernur Portugis di Malaka, Rui de Brito pada tahun 1514 Masehi menyebutkan ada dua raja "Kafir" yaitu raja Sunda, dan raja Jawa. Hal yang sama juga dituliskan oleh penulis Italia, Barbosa, yang menyebut raja "kafir" di pedalaman Jawa, pada tahun 1518 Masehi.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait