SKK Migas Jabanusa: Media Massa Berperan Penting Kawal Industri Hulu dan Hilir Migas

Edi Purwanto
Kepala Departemen Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara (SKK Migas Jabanusa) Indra Zulkarnain bersama President Director Petronas Indonesia, Yuzaini Md Yusof (kanan) dalam acara media gathering di salah satu hotel di Surabaya, Rabu (9/11/2022)

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi industri migas saat ini adalah krisis di Eropa. "Krisis Geopolitik Rusia - Ukraina yang memicu sanksi  dari Uni Eropa dan AS terhadap Rusia menyebabkan terganggunya faktor fundamental  supply - demand," katanya.

OPEC berupaya untuk mengendalikan produksi untuk  menyeimbangkan permintaan dan harga minyak dunia. Namun potensi resesin global yang berpotensi menurunkan tingkat permintaan global. Bank Sentral beberapa negara yang akan menaikkan  suku bunga berpotensi menyebabkan perlambatan  ekonomi global.

Sementara itu banyak potensi migas di Indonesia yang perlu mendapat perhatian. Terhitung sejak akhir 2021, terdapat 128 basin, 68 di antaranya un-drilled atau belum dibor. Cadangan produksi lapangan migas di Indonesia tercatat 2.44 BBO and 43.6 TCF, berdasarkan data 19 Januari 2021.

"Sekitar 70 persen wilayah kerja migas produksi telah  mengalami penurunan produksi alamiah. Sementara biaya produksi dan pemeliharaan mature  fields terus meningkat sejalan dengan  penurunan kemampuan produksinya," kata Komaidi.

Riset Inter-American Development Bank (IDB)  2020 menemukan bahwa pemberian insentif  untuk mature fields dapat menambah umur  keekonomian proyek rata-rata 30 tahun. Saat ini sekitar 52 persen atau 40 WK migas produksi merupakan mature fields. Sebanyak 36 WK berumur 25-50 tahun dan 4 WK berumur lebih dari 50 tahun.

"Perbaikan fiskal dan  insentif masih  diperlukan untuk  meningkatkan investasi  migas ke depan dalam  mencapai target 1 Juta BOPD Minyak dan  12 BCFD Gas di tahun  2030," kata Komaidi. Namun ternyata iklim investasi migas di Indonesia dianggap kurang menarik.

Indeks Kemudahan Melakukan Bisnis 2020 yang dirilis World Bank menempatkan Indonesia di peringkat 73 dari 190 negara, dan Malaysia di peringkat 12, Meksiko 60, Brazil 124, Nigeria 132, dan Venezuela 188. Survei Fraser Institute Global Petroleum 2018 menempatkan Indonesia di 10 jurisdiksi yang paling tidak menarik untuk investasi, yakni peringkat ke 71 dari 80 jurisdiksi, di bawah Nigeria.

Dalam kondisi seperti ini peran pers menjadi sangat krusial. Media massa berperan penting memberikan citra positif terhadap industri migas Indonesia. Media massa bisa dikatakan jendela atau etalase informasi bagi dunia untuk melihat bagaimana industri migas berjalan selama ini.

Editor : Arif Handono

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network