BERLIN, iNewsMadiun.id - Jerman sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Eropa secara resmi menyatakan krisis gas. Itu karena Rusia mengurangi pasokannya ke Eropa. Pada Kamis (23/6/2022), Jerman mengaktifkan fase kedua dari program darurat gas tiga tahapnya, membawanya selangkah lebih dekat pada penjatahan pasokan ke industri. Ini adalah langkan yang akan memberikan pukulan besar bagi jantung manufaktur ekonomi negara tersebut.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck berharap penjatahan tidak diperlukan untuk melewati musim dingin yang akan datang. Namun, dia tidak bisa mengesampingkan hal itu.
"Mulai sekarang pasokan gas di Jerman sedikit. Bahkan jika Anda belum merasakannya, kami berada dalam krisis gas," kata dia dalam konferensi pers di Berlin, dikutip dari CNN Business, Jumat (24/6/2022).
Krisis energi Eropa meningkat bulan ini karena Rusia semakin mengurangi pasokan ke Jerman, Italia, dan anggota Uni Eropa lainnya. Perusahaan gas negara Rusia Gazprom memangkas aliran melalui pipa Nord Stream 1 ke Jerman sebesar 60 persen pada minggu lalu.
Raksasa energi Italia, ENI menyatakan Gazprom memangkas pasokannya sebesar 15 persen. Kepala Kebijakan Iklim Uni Eropa Frans Timmermans mengatakan, sebanyak 12 negara di Uni Eropa sejauh ini telah terdampak pengurangan pasokan gas Rusia.
"Rusia telah menjadikan energi sebagai senjata, dan kami telah melihat gangguan gas lebih lanjut diumumkan dalam beberapa hari terakhir. Semua ini adalah bagian dari strategi Rusia untuk merusak persatuan kami. Risiko gangguan gas penuh sekarang lebih nyata dari sebelumnya," tutur Timmermans kepada anggota parlemen Uni Eropa.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pengurangan pasokan gas Rusia ke Eropa adalah karena masalah teknis, bukan alasan politik. Dia menegaskan, Rusia tidak memiliki agenda tersembunyi.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait