JAKARTA, iNewsMadiun.id - Tim ilmuwan dari Institut Wyss Harvard membuat terobosan baru lewat printer 3D . Mereka berhasil mengembangkan teknik untuk mencetak jatung buatan lewat printer tersebut. Para ilmuwan mampu mencetak makrofilamen jantung yang dapat berkembang menjadi filamen mirip otot yang dapat berkontraksi. Pengembangan teknik printer 3D ini merupakan lompatan luar biasa untuk bidang kesehatan.
Mengingat sejauh ini belum ada yang mampu menciptakan jantung 3D yang fungsionalitasnya benar-benar menyamai jantung asli. Seperti dilansir Engadget, Ahad (12/6), para ilmuwan menggunakan metode baru meniru penyelarasan kompleks elemen jantung yang berkontraksi sambil memproduksi jaringan yang cukup tebal untuk digunakan dalam perawatan jantung regeneratif. Sistem ini merupakan penyempurnaan dari teknologi bioprinting Sacrificial Writing in Functional Tissue (SWIFT) yang sudah ada.
Ilmuwan berhasil menciptakan platform dengan 1.050 “sumur” masing-masing memiliki dua pilar mikroskopis. Para ilmuwan mengisi “sumur” tersebut dengan sel induk majemuk yang diinduksi manusia (sel muda yang mampu berkembang menjadi berbagai bentuk) serta protein kolagen dan sel yang digunakan untuk membentuk jaringan ikat. Kombinasi tersebut membentuk jaringan padat yang sejajar sepanjang sumbu yang menghubungkan mikropilar.
Tim kemudian mengangkat blok organ yang dihasilkan dari pilar, menggunakannya untuk membuat tinta bioprinting dan menggunakan printer 3D untuk membantu penyelarasan. Perlu diingat, ini hanya sebagian kecil dari replika jantung. Masih banyak yang harus diteliti sebelum jantung organik cetak 3D berfungsi penuh tersedia dan benar-benar bisa digunakan. Meski demikian, para ilmuwan percaya bahwa temuan ini sangat berguna di masa depan. Filamen yang dicetak dalam bentuk 3D dapat digunakan untuk menggantikan bekas luka setelah serangan jantung, atau untuk menyembuhkan model penyakit yang lebih ringan.
Bahkan mungkin bisa juga menambal lubang pada bayi baru lahir dengan cacat jantung bawaan. Filamen tersebut akan tumbuh menjadi bagian dari tubuh pasien. Sederhananya, jantung yang rusak mungkin bukan lagi jadi masalah permanen saat ini.iNewsMadiun
Editor : Arif Handono