AKTRIS sekaligus parapsikolog Citra Prima mengaku mati suri sebanyak lima kali. Salah satu pengalaman tak terlupakan adalah ketika jiwanya terlepas dari tubuh saat masih berusia 9 tahun. Kala itu Citra segera dibawa oleh malaikat melihat bagaimana situasi di neraka.
Mulai dari diminta berjalan di sebuah jembatan super tipis, hingga melihat jurang berisi manusia yang tengah disiksa. "Gue berada di jurang yang tadi gue ngintipin, itu banyak seperti manusia yang menakutkan dan disgusting (menjijikan)," ujar Citra, dikutip dari YouTube Curhat Bang Denny Sumargo, Jumat (8/4/2022).
Menurut Citra, kondisi mereka begitu mengenaskan. Para manusia dalam jurang tersebut tidak ada yang mengenakan pakaian sehelai pun."Bener-bener (wajahnya meleleh, perutnya melembung. ada yang cuman tulang doang," lanjutnya. Namun para manusia itu tak sendiri. Ada penjaga berjubah hitam yang diakui Citra terlihat sedang memberikan minum pada mereka.
Tapi satu hal yang mengejutkan Citra, minuman dari sosok berjubah itu bukanlah berupa air. "Mereka kehausan dan menderita. Mereka minum, tapi ternyata yang dikasih adalah lahar," ucap Citra Prima. Usai meneengguk minuman yang diberikan sosok berjubah hitam, perut dari para manusia itu semakin membesar.
Citra Prima lantas diberi tahu oleh malaikat tentang perilaku manusia-manusia tersebut waktu masih berada di dunia. "Ini adalah manusia-manusia yang ketika semasa hidup mengambil hak manusia lain," kenang Citra mengulangi perkataan malaikat. Bagi seorang Citra yang saat itu masih berusia 9 tahun, tentu hal ini sangat menakutkan. Kemudian Citra dikelilingi oleh banyak malaikat. Melihat beberapa malaikat bertubuh besar dihadapannya, Citra merasa seolah sedang disidang.
Tapi untungnya, salah satu malaikat mengatakan Citra belum saatnya untuk mati. "Kamu tidak akan mati sekarang.Kamu akan mengingat semua kejadian ini untuk bisa menceritakan," kata Citra. Jiwa Citra lantas dikembalikan lagi pada raganya di dunia. Ini ternyata bukanlah pengalaman terakhir Citra mati suri. Dirinya ternyata mengalami kejadian langka itu sebanyak lima kali.
Editor : Arif Handono