PRZEMYSL, iNewsMadiun.id - menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jumlah orang Ukraina yang melarikan diri ke luar negeri melewati 3 juta pada Selasa (15/3/2022). Pertambahan pengungsi ini terjadi di saat warga Ukraina mencari tempat aman dari pertempuran dan pengeboman pasukan Rusia.
Data Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menunjukkan bahwa pada hingga Selasa sekira 3.000.381 orang telah meninggalkan Ukraina. Angka ini didasarkan pada rencana bantuannya pada 4 juta pengungsi, tetapi UNHCR mengatakan angka itu kemungkinan akan meningkat.
Setelah serangan Rusia di pangkalan militer Yavoriv dekat Lviv pada Minggu (13/3/2022), beberapa orang dari Ukraina barat kini telah bergabung dengan arus pengungsi melintasi perbatasan.
"Semua orang menganggap Ukraina Barat cukup aman sampai mereka mulai menyerang Lviv," kata Zhanna, seorang ibu dari Kharkiv, yang sedang menuju ke Polandia, sebagaimana dilansir Reuters.
"Kami meninggalkan Kharkiv menuju Kirovohrad," katanya di stasiun kereta api Przemysl, kota terdekat dengan perbatasan tersibuk Polandia dengan Ukraina. "Kami ingin tinggal di sana. Kami tidak ingin pergi ke luar negeri."
"Kemudian mereka mulai menyerang Kirovohrad, mereka mulai menyerang Lviv dan sulit untuk menghindari bom dengan seorang anak kecil," katanya, menambahkan bahwa suaminya telah tinggal di Ukraina.
Sebagian besar pengungsi berada di negara-negara yang berbatasan dengan Ukraina - Polandia, Slovakia, Hungaria, Rumania dan Moldova - dengan lebih dari setengahnya, atau 1,8 juta, di Polandia saja.
Tetapi sejumlah besar pengungsi mulai bergerak lebih jauh ke barat, dengan 300.000 orang telah pergi sejauh ini ke Eropa Barat, kata UNHCR pada Selasa.
UNHCR mengatakan mereka yang melarikan diri di awal konflik sebagian besar memiliki sumber daya dan kontak di luar Ukraina, tetapi sekarang banyak pengungsi telah pergi dengan tergesa-gesa dan lebih rentan.
"Kami melihat banyak orang lanjut usia dan banyak penyandang disabilitas, benar-benar orang yang mengharapkan dan berharap sampai saat terakhir bahwa situasinya akan berubah," kata Tatiana Chabac, seorang pekerja bantuan di UNHCR. iNews Madiun
Editor : Arif Handono