JAKARTA, iNewsMadiun .id - Sebanyak 10 orang Indonesia bertengger di 10 besar orang terkaya versi Forbes. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sebanyak 10 orang terkaya di Indonesia masih didominasi muka-muka lama. Sumber pundi-pundi kekayaan mereka dari jualan rokok, mi instan hingga jualan obat.
Baca Juga: 3 Sumber Kekayaan Robert Budi Hartono, Orang Terkaya RI Punya 'Pabrik' Uang Rp310 Triliun
Berikut daftarnya seperti seperti dikutip dari Okezone, Rabu (9/2/2022).
1. Robert Budi Hartono dan Michael Hartono
Harta: USD42,6 miliar (Rp609,1 triliun)
Konglomerat yang hidup di Kudus ini sangat kaya, sebagian besarnya karena investasi mereka di Bank Central Asia (BCA). Keluarga Hartono ini membeli saham tersebut setelah keluarga kaya lain, Salim, tak lagi mengendalikan bank selama krisis ekonomi 1997-1998.
Mereka adalah anak dari pendiri usaha produsen rokok kretek Djarum. Saat ini, perusahaan itu dijalankan oleh anak dari Budi, Victor. Namun, selain itu, kakak-beradik ini memiliki merek elektronik Polytron yang populer dan real estat yang eksis di Jakarta.
2. Keluarga Widjaja
Harta: USD9,7 miliar (Rp138,7 triliun)
Keluarga ini mewarisi bisnis raksasa milik Eka Tjipta Widjaja yang meninggal pada Januari 2019 di usianya yang ke-98. Eka adalah seorang imigran Tionghoa di Indonesia yang memulai dengan menjual biskuit saat remaja.
Menariknya, saat ini, semua orang pastilah mengenal Sinar Mas. Perusahaan Keluarga Widjaja ini berbasis dalam bidang real estat, jasa keuangan, perawatan kesehatan, agribisnis, hingga telekomunikasi.
Bisnis raksasa Eka pun kini dilanjutkan oleh empat putra tertua Widjaja, sedangkan anggota keluarga lainnya membangun usaha mereka sendiri. Anak Eka, Freddy, sebelumnya diketahui menggugat lima saudara tirinya atas sengketa warisan.
Tuntutan ini berlaku termasuk pada empat orang yang kini mengelola keluarga.
3. Anthoni Salim
Harta: USD8,5 miliar (Rp121,5 triliun)
Anthoni Salim adalah orang di balik kepemimpinan Salim Group dengan investasi dalam bidang makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, hingga energi. CEO Indofood yang meraup USD5,8 miliar pendapatan (setara Rp82,9 triliun) ini juga telah berhasil membangun usaha mi instan terbesar di dunia.
Keluarga Salim memiliki saham di perusahaan investasi eksis di Hong Kong, First Pacific, yang memiliki aset senilai USD2,7 miliar (Rp38,6 triliun) di enam negara. Anthoni sendiri merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara, anak-anak dari mendiang Liem Sioe Liong yang sangat dekat dengan Presiden Suharto.
Tepat setelah Suharto "turun takhta" pada 1998, keluarga Salim kehilangan kendalinya atas BCA. Hal inilah yang kemudian memungkinkan Hartono bersaudara mengambil alih kuasa itu beberapa tahun kemudian.
4. Sri Prakash Lohia
Harta: USD6,3 miliar (Rp90 triliun)
Keuntungan Sri Prakash Lohia mayoritas berasal dari produksi PET dan petrokomia lainnya. Ia dan sang ayah sebelumnya pindah ke Indonesia dan mendirikan Indorama Corporation sebagai pembuat benang pintal.
Saat ini, Lohia telah menghasilkan pembangkit listrik petrokimia. Ia juga membuat produk industri lain seperti pupuk poliolefin, bahan baku tekstil, hingga sarung tangan medis.
Saat ini, Lohia masih memimpin Indorama Corp., hanya saja dirinya tinggal di London. Amit, putranya, adalah wakil pimpinan dari perusahaan tersebut. Sementara itu, adik Amit, Aloke Lohia yang juga seorang miliarder, tinggal di Thailand dan menjalankan usaha produsen polimer PET Indorama Ventures Public Co.
5. Prajogo Pangestu
Harta: USD5,5 miliar (Rp78,6 triliun)
Putra dari seorang pedagang karet, Prajogo memulai bisnis kayunya pada akhir tahun 1970-an. Ia mendirikan Barito Pacific Timber yang go public pada 1993 silam dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah bisnis kayunya dikurangi pada 2007.
Di tahun yang sama, perusahaan itu mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar Indonesia pada 2011. Juli tahun ini, Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri dan akan mengembangkan situs petrokimia kedua pada 2022 mendatang.
6. Chairul Tanjung
Harta: USD5,5 miliar
CT Corp. milik Chairul Tanjung terkenal karena menerbitkan kartu kredit, operasi hypermarket, hingga menjalankan stasiun televisi. Sementara iru, Trans Retail miliknya juga memiliki supermarket dengan nama Carrefour dan Transmart.
Belum selesai, Chairul juga memiliki saham di maskapai nasional Indonesia, Garuda, yang kini tengah bernegosiasi dengan para kreditur untuk restrukturisasi utang sebesar USD10 miliar. Di sisi lain, saham Allo Bank miliknya melonjak hampir 100 kali lipat tahun ini, di tengah maraknya perbankan digital di Indonesia.
7. Susilo Wonowidjojo
Harta: USD4,8 miliar (Rp68,6 triliun)
Keluarga dan Susilo Wonowidjojo sendiri mendapatkan keberuntungan lewat produsen rokok kretek Gudang Garam yang telah memproduksi 90 miliar batang pada 2019 lalu. Perusahaan ini didirikan pada 1958 oleh ayah Susilo, Surya, yang memulai dengan bekerja di bisnis tembakau milik pamannya.
Sementara itu, Rachman Halim yang merupakan kakak laki-lakinya mengambil alih Gudang Garam dalam seperempat abad kemudian, usaha itu pun dijalankan sampai dirinya wafat pada 2008. Jadilah, Susilo yang menjabat sebagai presiden direktur sejak 2009. Adiknya, Juni Setiawati menjabat sebagai presiden komisaris di sana. Gudang Garam telah berekspansi ke bidang infrastruktur, termasuk pembangunan dan jalan tol pada 2019 serta pembangunan Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur.
8. Boenjamin Setiawan dan Keluarga
Harta: USD4,2 miliar (Rp60 triliun)
Ayah dengan dua anak ini memiliki gelar doktor di bidang farmakologi. Dia mendirikan Kalbe Farma di sebuah garasi pada 1966 bersama lima saudara kandungnya. Kini, Kalbe Farma telah menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Perusahaan mencatatkan sahamnya di BEI pada 1991 silam. Setiawan dan saudara-saudaranya sendiri memiliki saham yang cukup besar. Boenjamin akrab disebut sebagai "Dr. Boen", dirinya mengendalikan Mitra Keluarga yang telah go public dan mengoperasikan 25 rumah sakit.
9. Jogi Hendra Atmadja
Harta: USD4,1 miliar (Rp58,6 triliun)
Jogi adalah kepala dari Mayora Group, salah satu perusahaan makanan terbesar di Indonesia. Perusahaan ini menjual kopi, sereal, permen, biskuit, dan masih banyak lagi. Di lebih dari 100 negara, Mayora juga menjual produk-produk Kopiko, Danisa, hingga Roma.
Keluarga Jogi memulai dengan membuat biskuit di rumah pada 1948 silam. Pada 1977, mereka pun secara resmi mendirikan grup Mayora. Keluarga ini pun memiliki saham pengendali di Mayora Indah, perusahaan unggulan grup Mayora yang telah diperdagangkan secara publik.
10. Bachtiar Karim
Harta: USD3,5 miliar (Rp50 triliun)
Bersama saudaranya, Burhan dan Bahari, pria berusia 64 tahun ini menjalankan usaha Musim Mas, perusahaan kelapa sawit terintegrasi dengan penjualan yang mencapai USD6,9 miliar atau setara Rp98,6 triliun pada 2020 lalu.
Pada 1932, almarhum ayah mereka, Anwar, mendirikan Nam Cheong Soap Factory, pembuat sabun dan margarin yang dijalankan keluarga. Kemudian, keluarga itu untuk pertama kalinya membuka kilang minyang sawit pertama di Indonesia pada 1970.
Dua tahun kemudian, Musim Mas pun secara resmi didirikan. Selain itu, keluarga ini juga mendirikan pusat wirausaha di Universitas Sumatera Utara, Medan.Bachtiar membeli Royal Darby Park Executive Suites seharga USD117 juta (Rp1,6 triliun) dari Royal Group milik miliarder Singapura, Asok Hiranandani pada Oktober 2019 lalu.
Editor : Arif Handono