Khofifah menambahkan, yang dilakukan PT. Inti Rosan ini menggambarkan bahwa inisiasi terhadap update teknologi di bidang pertebuan dan pergulaan ternyata tidak harus datang dari kota besar, ataupun dari pabrik tebu yang besar.
"Inisiasi teknologi industri pertebuan dan pergulaan ternyata bisa dimulai dari Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur," katanya.
Menurutnya, inisiasi teknologi tersebut bisa lahir karena ada sosok inovator yang memiliki aktivitas luar biasa. Tidak hanya itu, juga karena ada game changer atau sosok yang bisa merubah proses.
"Sosok game changer ini kalau seorang pemimpin maka saya sering menyebut enabler leader atau pemimpin pemungkin. Yang bisa merubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin," katanya.
"Saya tadinya berpikir adopsi teknologinya ini dari jauh misal dari Brazil, ternyata adopsi teknologinya cukup ke tetangga dekat yakni Thailand. Ini luar biasa sekali, mudah-mudahan ini diangkat menjadi referensi bagi industri pergulaan secara nasional," imbuhnya.
Khofifah melanjutkan, di sektor pendanaan atau permodalan, di Jatim terdapat Program Kredit Sejahtera (Prokesra) melalui Bank UMKM Jatim. Prokesra merupakan program kredit murah dengan suku bunga tiga persen setahun, dengan maksimal pinjaman sebesar Rp50 juta.
"Ini bukan hanya untuk petani, atau petani tebu, tapi juga bagi para pelaku UMKM. Yang bergerak di sektor industri kreatif batik atau kriya, monggo bisa mengakses prokesra ini," katanya.
Lebih lanjut, Khofifah menyambut baik adanya penandatanganan deklarasi dukungan bersama pemberdayaan petani tebu ini. Ia berharap, dengan adanya penandatanganan ini maka masing-masing mitra dapat saling memberikan dukungan, baik dari sisi permodalan maupun penyediaan pupuk.
Sehingga ke depan dapat menghasilkan tebu yang berkualitas dan menciptakan situasi agribisnis yang sehat, berdaya saing tinggi dan menguntungkan bagi semua pihak. Apalagi di Kab. Tulungagung ini terdapat lebih dari 100 pabrik tebu yang memproduksi Brown Sugar. Harga brown sugar ini sendiri bisa di atas gula kristal putih. Sehingga brown sugar ini memiliki potensi luar biasa bila masuk ke pasar ekspor.
"Bagaimana dunia pertebuan dan dunia pergulaan ini ternyata cukup advance berkembang di Tulungagung. Sekali lagi, partnership itu kunci, sinergitas itu kunci, kolaborasi itu kunci. Kalau misalnya yang punya kebun tebu ada satu, dua atau tiga hektar kemudian terkumpul semua, programnya kira-kira akan mengelola seluas 15 ribu hektar yang tersebar di bagian Blitar Selatan, Tulungagung Selatan, maupun Trenggalek. Jadi ini luar biasa sekali," katanya.
"Semoga penandatanganan deklarasi ini dapat menjadi pendorong usaha petani tebu di Jawa Timur. Serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat Jawa Timur," imbuhnya.
Editor : Arif Handono