get app
inews
Aa Text
Read Next : Liz Truss, Perdana Menteri Baru Inggris Gantikan Boris Johnson

Profil Liz Truss Perdana Menteri Inggris yang Baru, Pernah Usulkan Hapus Sistem Monarki

Selasa, 06 September 2022 | 12:59 WIB
header img
Perdana Menteri Inggris, Liz Truss (Foto: Reuters)

JAKARTA, iNewsMadiun.id - Liz Truss akan menggantikan Boris Johnson sebagai perdana menteri (PM) Inggris. Perempuan yang kini menjabat menteri luar negeri (menlu) itu mendapat dukungan dari mayoritas anggota Partai Konservatif dalam pemilu bulan ini, menyusul pengunduran diri Johnson.

Pemilik nama lengkap Mary Elizabeth Truss itu akan berangkat ke Balmoral, Skotlandia, untuk menemui Ratu Elizabeth II di mana dia akan dikukuhkan sebagai PM Inggris berikutnya, kemudian membentuk pemerintahan.

Truss akan menjadi pemimpin Konservatif sekaligus PM Inggris keempat dalam 6 tahun terakhir.

Sementara pada masa kepemimpinan Ratu Elizabeth II, Truss menjadi perdana menteri ke-15 atau perempuan ketiga.

Karier perempuan 47 tahun tersebut melonjak sejak 2010, saat pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen. Empat tahun setelah itu, dia bergabung dengan kabinet pemerintahan PM David Cameron sebagai menteri lingkungan hidup.

Dia lalu menjabat menteri kehakiman kemudian kepala menteri di Departemen Keuangan di bawah Theresa May.

Di masa pemerintahan Johnson, Truss menjabat menteri perdagangan internasional dan menlu.

 

Truss lahir pada 26 Juli 1975 di Oxford dari pasangan John Kenneth dan Priscilla Mary Truss. Dia lahir dari ayah berdarah akademisi.

Ayahnya seorang profesor emeritus matematika murni Universitas Leeds. Sementara ibunya adalah seorang perawat, guru, dan tim Kampanye untuk Perlucutan Senjata Nuklir.

Keluarga Truss pindah ke Paisley, Renfrewshire, Skotlandia, saat dia berusia 4 tahun, yakni dari 1979 hingga 1985. Truss kecil bersekolah di West Primary School, kemudian melanjutkan ke Roundhay School.

Setelah lulus SMP, dia tinggal di Kanada selama setahun. 

Truss memuji pendidikan di Kanada, bahkan membandingkannya dengan pendidikan di Roundhay School. Namun setelah itu dia pulang kampung dan melanjutkan pendidikan tingginya di Merton College, Oxford, hingga lulus pada 1996.

Di kampus dia aktif berorganisasi, yakni di kelompok Demokrat Liberal. Dia adalah presiden Demokrat Liberal Universitas Oxford dan anggota Komite Eksekutif Nasional Pemuda dan Mahasiswa Demokrat Liberal (LDYS). 

 

Selama aktif di Demokratik Liberal, Truss mendukung legalisasi ganja dan penghapusan sistem monarki, serta berkampanye menentang Undang-Undang Peradilan Pidana dan Ketertiban Umum 1994. Truss bergabung dengan Partai Konservatif pada 1996.

Video saat Truss mengusulkan penghapusan sistem monarki di Inggris bahkan sempat muncul saat masa kampanye PM Inggris. Saat itu dia masih berusia 19 tahun, menyampaikan pidato di konferensi Demokrat Liberal.

"Semua orang di Inggris harus memiliki kesempatan untuk menjadi seseorang," kata Truss, saat itu.

"Tapi hanya satu keluarga yang bisa menjadi kepala negara. Kami bertanya kepada mereka (publik), pendapat mereka tentang monarki. Anda tahu jawaban mereka? Mereka bilang hapus saja, sudah cukup.”

Memasuki dunia kerja, Truss sempat mengabdi di perusahaan minyak Shell yakni dari 1996 hingga 2000. Kemudian pada 2000, Truss bekerja untuk Cable & Wireless dan naik menjadi direktur ekonomi sebelum mengundurkan diri pada 2005.

Truss sejatinya seorang penganut ekonomi libertarian. Ini sangat kentara terlihat dari dukungannya terhadap referendum 2016 soal keanggotaan Inggris di Uni Eropa (Brexit). Dia mengampanyekan keuntungan bagi Inggris jika keluar dari Uni Eropa.

Sebagai perdana menteri Inggris yang baru, Truss menghadapi beberapa tantangan besar, yakni inflasi yang merajalela, lonjakan biaya energi, memburuknya layanan publik, aksi industri yang masih berlangsung, serta rencana kemerdekaan Skotlandia. 

Di luar negeri, dia bakal menghadapi perang Ukraina dan permasalahan seputar ketidakharmonisan Inggris dengan Uni Eropa.

Truss akan menggantikan Johnson, yang terpaksa mundur sebagai pemimpin Konservatif dan perdana menteri pada Juli. 

 

Kepemimpinan Johnson bahkan digerogoti dari dalam Konservatif, ditandai dengan pengunduran diri massal sekitar 60 menteri dan pejabat lainnya. Di antara mereka yang mundur termasuk lawan Truss dalam pemilihan PM, seperti Menteri Kesehatan Sajid Javid, serta lawan terakhirnya Rishi Sunak.

Delapan kandidat berpartisipasi dalam pemilu tahap pertama untuk menggantikan Johnson. Setelah lima putaran, pemungutan suara di antara anggota parlemen Konservatif, Sunak mendapat suara terbanyak dengan 137 atau 38,3 persen. Truss berada di urutan kedua dengan memperoleh 113 suara (31,6 persen), dan Penny Mordaunt, menteri perdagangan 105 suara (29,3 persen) yang otomatis tereliminasi.

Putaran selanjutnya pemungutan suara anggota partai, Truss mengalahkan Sunak dengan 57 persen melawan 43 persen.

Tugas berikutnya Truss adalah membentuk pemerintahan. Siapa yang dia masukkan dalam kabinetnya akan menentukan nada untuk hubungannya dengan partainya. 

iNewsMadiun

Editor : Arif Handono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut