“Akang teu (gak) buntung ya? Ternyata dilipat kakinya ditutup celana panjang. Udah jujur buka saja,” ujar Dedi sambil membuka ikatan celana panjang yang dikenakan Rasyidin. Benar saja, Rasyidin memiliki kaki normal dan dilipat di dalam celana agar terlihat buntung sehingga bisa menarik simpati warga untuk memberikan uang. “Nah kan orang sehat. Saya awalnya berhenti karena kasihan lihat gak ada kakinya, tapi ternyata sehat,” ujar Kang Dedi.
Kejadian itu menarik perhatian warga sekitar dan langsung mengerubuti Kang Dedi. Bahkan di antara warga banyak yang mengaku tertipu karena sebelumnya sering memberi uang kepada Rasyidin. Kang Dedi lantas memeriksa tas yang dibawa Rasyidin. Saat dibuka, tas tersebut berisi uang sekitar Rp500.000, handphone (HP) Android dan tiga kaleng lem. Dengan penghasilan Rasyidin sebesar itu setiap hari, gaji PNS pun kalah. Lihat juga: Ada yang A
“Ini uang untuk disetorin ke istri sama anak di Soreang. Dulu saya ngamen, cuma dikasih tahu sama anak-anak Bandung katanya kalau mau dapat uang lebih banyak harus kaya gini (pura-pura buntung),” kata Rasyidin. Karena aksi tipu-tipunya sudah ketahuan, Rasyidin pun akhirnya pasrah ikut masuk ke mobil Dedi. Di dalam mobil ia bercerita sejak awal ia tak mau ikut karena mengenal Kang Dedi Mulyadi. Rasyidin mengaku telah setahun terakhir berhasil nge-prank warga Subang dengan berpura-pura sebagai pengemis berkaki buntung. Sementara kebiasaannya ngelem sudah dilakukan sejak tiga tahun terakhir.
“Sehari dapat Rp500.000. Paling sedikit Rp300.000. Uangnya setiap hari dikirim ke istri sama anak yang ke satu 8 tahun, yang kedua 2,5 tahun. Istri gak tahu saya gini, tahunya ngamen,” kata Rasyidin. Setiap hari beraksi, dia bisa mengantongi ratusan ribu dari hasil ‘prank’ tersebut. Namun aksinya itu kini terhenti setelah ketahuan pura-pura buntung untuk menarik simpati orang. Di perjalanan Kang Dedi mengajak Rasyidin ke sebuah minimarket untuk berbelanja kebutuhan pokok termasuk stok susu untuk anak. Rasyidin juga dibelikan pakaian dan celana baru untuk mengganti ‘seragam’ ngemisnya yang sudah lusuh.
Saat ditawari Dedi untuk ikut ke Pesantren Cireok agar kebiasaan ngelemnya sembuh, Rasyidin menolak. Dia mengaku ingin tobat dan alih profesi sebagai tukang kebun di kampung di Warung Lobak, Desa Cingcin, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Akhirnya Kang Dedi Mulyadi mengutus salah seorang staf untuk mengantar Rasyidin ke kampung halamannya. Sehingga nantinya pergerakan Rasyidin bisa terpantau dan tidak kembali ‘prank’ sebagai pengemis buntung.iNewsJabar/iNewsMadiun
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait