Polisi Jerman telah melakukan banyak penggerebekan sehubungan dengan pemalsuan paspor vaksinasi dalam beberapa bulan terakhir. Banyak orang Jerman menolak disuntik vaksin anti-COVID-19, tetapi pada saat yang sama ingin memiliki paspor COVID-19 yang didambakan yang membuat akses ke kehidupan publik dan tempat-tempat seperti restoran, teater, kolam renang, atau tempat kerja menjadi lebih mudah.
Jerman telah melihat angka infeksi yang tinggi selama berminggu-minggu, namun banyak langkah untuk mengendalikan pandemi berakhir pada hari Jumat.
Mengenakan masker tidak lagi wajib di toko kelontong dan sebagian besar teater tetapi masih wajib di transportasi umum.
Di sebagian besar sekolah, siswa juga tidak lagi harus memakai masker, yang menyebabkan asosiasi guru memperingatkan kemungkinan konflik di kelas.
“Sekarang ada bahaya bahwa, di satu sisi, anak-anak yang memakai masker akan diejek oleh teman sekelasnya sebagai pengecut dan terlalu protektif, atau di sisi lain, tekanan akan diberikan pada non-pemakai masker,” kata Heinz-Peter Meidinger, pejabat dari Asosiasi Guru Jerman, kepada DPA.
Dia menganjurkan komitmen sukarela oleh guru dan siswa untuk terus mengenakan masker di kelas dan di halaman sekolah, setidaknya sampai negara itu memasuki liburan Paskah dua minggu. P
akar kesehatan mengatakan lonjakan infeksi terbaru di Jerman—dipicu oleh subvarian BA.2 omicron—mungkin telah mencapai puncaknya.
Pada hari Minggu, badan pengendalian penyakit negara itu melaporkan 74.053 infeksi COVID-19 baru dalam satu hari, sementara kurang dari seminggu yang lalu melaporkan 111.224 infeksi harian.
Secara keseluruhan, Jerman telah mencatat 130.029 kematian akibat COVID-19. iNews Madiun
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait