Ratakan Puncak Gunung Demi Candi Borobudur, Inilah Kisah Raja Syailendra Sang Penakhluk Gunung

Nurfikas

JAKARTA, iNewsMadiun.id - Konon katanya pembangunan candi Borobudur di puncak bukit. Wajar bila candi ini sampai dinobatkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi Borobudur dibangun Dinasti Syailendra dari Kerajaan Mataram Kuno. Raja Syailendra dikenal sebagai spesialis penakhluk pegunungan.

Dalam buku "Nusantara Sejarah Indonesia" yang ditulis Bernard H M Vlekke, Raja Syailendra terkenal kerap membuat candi dan tempat suci yang dibangun di tempat-tempat tinggi atau perbukitan. Hal inilah yang menjadi penyebab sebutan raja pegunungan disematkan ke Syailendra. 

Tak ada yang tahu kenapa sebutan raja pegunungan disematkan kepada Syailendra. Namun karya-karya bangunan candi dan tempat suci yang dibangun di tempat-tempat tinggi atau perbukitan, konon menjadi penyebabnya. 

Sang raja yang terkenal dengan kesaktian dan kekuatannya berhasil membuat sebuah monumen, yang kala itu terletak di utara Yogyakarta.

Dia membangun sebuah bangunan yang menutupi bagian atas sebuah bukit yang telah dibentuk menjadi serangkaian teras. Lantai dan dinding penahannya ditutup dengan batu. 

Ditulis Vlekke dalam bukunya, puncak bukit tersebut sengaja diratakan dan dengan demikian dibuat terlihat seperti atap rata sebuah bangunan besar.

Di pusat atap ini berdiri sebuah stupa yang berisi, atau dikira berisi satu patung Buddha. Di sekeliling stupa inti ini ada banyak stupa batu kecil berhias yang ada di dalamnya berisi patung-patung Dhyani-Buddha. Dinding-dinding teras tertutup dengan pahatan.

Bangunannya yang begitu besar, membuat konstruksinya diperkirakan menghabiskan waktu pembuatan paling tidak 10 tahun. Di bangunan candi juga terdapat relief ukiran-ukiran yang sangat jelas mengikuti model tertentu yang dibawa dari India. 

Setiap set relief itu menggambarkan cerita yang berkaitan dengan tradisi Buddha, dan sumber-sumber literer,yang juga datang dari India. Tak kurang dari 400 patung dan 1.400 pahatan relief menghiasi dinding-dinding teras. 

Pahatan-pahatan itu adalah buku teks mengenai ajaran Mahayana yang tertulis di batu. Dinding terbawah candi itu menggambarkan cerita-cerita mengerikan tentang neraka, dan penderitaan hidup di luar keselamatan.

Selanjutnya, Buddha datang sebagai juru selamat dan dalam bentuk seekor gajah putih mendekati calon ibunya. Dia dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta yang juga disebutkan Gautama.

Dia adalah anak Ratu Maya dan sejak lahir sudah punya kemampuan seperti orang dewasa. 

Sementara ada satu gambar di Candi Borobudur menggambarkan Ratu Maya mencekal ekor gajah mati, dan melemparkan badan raksasa itu melewati tujuh tembok.

Singkat cerita, Candi Borobudur ini menggambarkan keutamaan yang dipraktekkan Bodhisattwa dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya, dan yang akan dipraktekkan oleh Bodhisatwa-Bodhisatwa di masa depan.

Teras - teras candi diisi beragam pahatan dan dekorasi yang menunjukkan kenikmatan hidup dunia. 

Dari kemegahan bangunan Candi Borobudur terlihat jelas bagaimana Raja Syailendra, pastilah penguasa yang sangat kaya dan kuat, sehingga mereka bisa membangun monumen sebesar dan sempurna layaknya Candi Borobudur.

Apalagi dengan pernikahan putra Syailendra bernama Samaragrawira dengan putri pewaris Kerajaan Sriwijaya, yang kian menguatkan dari sisi perekonomian. 

Alhasil dari penggabungan kekayaan Jawa dan Sumatera inilah membuat Syailendra tak kesulitan membangun sebuah bangunan yang begitu besar dan megah saat itu. Bahkan kini menjadi candi termegah di Indonesia hingga diakui sebagai keajaiban dunia. iNews Madiun.id

 

Editor : Arif Handono

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network