Bos Batu Bara Kelahiran Singapura Geser Bos Djarum sebagai Orang Terkaya di Indonesia, Ini Profilnya

Anto Kurniawan
Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya di Indonesia menggeser pemilik grup Djarum Hartano bersaudara. FOTO/Forbes

Low Tuck Kwong juga bekerja sama dengan Jaya Steel —anak perusahaan Pembangunan Jaya, perusahaan patungan antara pemerintah provinsi Jakarta dan pengusaha lokal termasuk mendiang taipan properti Ciputra— untuk mendirikan Jaya Sumpiles Indonesia. Kepemilikan awal adalah 50/50, kemudian Low mengambil kendali penuh. Low memiliki pekerjaan, tetapi menginginkan aliran pendapatan yang lebih stabil daripada yang disediakan oleh bisnis konstruksi sipil.

Pada akhir tahun 1987, Low memutuskan untuk masuk ke bisnis kontraktor batubara. Pada saat itu, industri batubara Indonesia masih dalam masa pertumbuhan. Jaya Sumpiles bekerja dengan beberapa penambang untuk pemindahan lapisan penutup, penambangan dan pengangkutan (overburden adalah bahan yang harus dihilangkan sebelum penambangan dapat dimulai).

Selama tahun 1990-an produksi dalam negeri meroket dari 4,4 juta ton menjadi 80,9 juta ton, dibantu oleh kebijakan pro-penambang yang meningkatkan investasi. Pada November 1997, setelah berpengalaman satu dekade dan dengan kewarganegaraan Indonesia yang dibutuhkan (ia mendapatkannya pada tahun 1992), Low membeli konsesi pertamanya: Gunungbayan Pratamacoal, di Kalimantan Timur.

Produksi dimulai pada tahun 1998 —yang merupakan waktu yang suram untuk memulai bisnis di Indonesia, di tengah Krisis Keuangan Asia dan gejolak politik yang mencakup kerusuhan di Jakarta dan Soeharto yang didorong keluar dari kekuasaan. Dengan pengiriman pertamanya, penambang kehilangan USD3 per ton karena harga yang merosot. "Perjalanan kami tidak mudah sejak awal. Orang-orang menertawakan kami (karena membeli tambang). Mereka bilang kami gila," kenang Low.

Saat itu ada hambatan logistik yang serius untuk penambangan di Kalimantan Timur yang kaya akan batu bara. Dibandingkan dengan tambang batu bara lainnya, Multi Harapan Utama, konsesi pertama Low dua kali lebih jauh dari pelabuhan di Balikpapan, dan tongkangnya harus menempuh perjalanan empat hari ke hilir. (Juga dibutuhkan empat hari untuk melakukan perjalanan hilir dari Tabang, produsen utama Bayan saat ini, ke Balikpapan.)

Bagi orang-orang untuk sampai ke Tabang dari Balikpapan memerlukan perjalanan helikopter hampir dua jam, atau sehari penuh melalui sungai dan jalan raya. Meskipun ada hambatan, Low mempercayai firasatnya bahwa batubara Kalimantan Timur akan menguntungkan, lalu Ia memperluas dan mengakuisisi konsesi dan saham mayoritas di Dermaga Perkasapratama, operator Terminal Batubara Balikpapan, salah satu yang terbesar di Indonesia.

Editor : Arif Handono

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network