Saat itu rombongan diganggu oleh suara jeritan dan tangisan mengerikan yang datangnya dari arah tengah hutan yang diduga berasal dari makhluk astral, kuntilanak. Sehingga banyak anggota rombongan yang merasa ketakutan ingin segera menyelesaikan pekerjaan kemudian pulang. Suara-suara makhluk astral itu dianggap Syarif Abdurrahman sangat mengganggu rombongannya dan menghambat pekerjaan membuka lahan hutan untuk dijadikan pemukiman.
Dengan inisiatifnya, Syarif Abdurrahman membawa meriam ke hutan dan menembakkan meriam tersebut kearah sumber suara. Setelah itu, suara-suara mengerikan tersebut berangsur-angsur menghilang sehingga pekerjaan dapat dilakukan dan para rombongan merasa tenang. Namun, ada juga yang menceritakan bahwa sebenarnya suara mengerikan tersebut berasal dari kumpulan perompak yang bersembunyi di dalam hutan agar tidak diketahui oleh siapa pun.
Sebab daerah tersebut masih tertutup rimbunnya hutan sehingga suasana seperti itu akan terasa aman bagi mereka. Legenda kedua berasal dari Ayunan Anak. Penduduk Kota Pontianak merupakan suku Melayu, yang diceritakan bahwa Kota Pontianak berasal dari ayunan anak yang berada di sekitar Masjid Jami’. Ayunan ini biasa digunakan oleh anak-anak yang keluarganya bekerja. Kemudian legenda versi ketiga yakni berasal dari kata Pohon Punti.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait