Rani tak menjawab malah sebaliknya Rani menangis kencang. Karena takut mengganggu penghuni kos lainnya, maka dirinya pun menutup pintu dan membiarkan Rani tidur di kamarnya.
Baru keesokan hari, Rani menceritakan apa yang dialaminya saat hendak pulang kampung.
Menurut Rani, saat bus tiba, Rani mengatakan dirinya langsung naik kedalam bus. Awalnya dirinya Tak merasakan ada keanehan pada bus yang dinaiki.
Setelah mendapatkan tempat duduk, pinggir jendela agar dirinya bisa bersandar dan terridur. Bus pun langsung berangkat. Dari dalam bus, Rani tak melihat dirinya di terminal.
Jelas dirinya membantah. Dirinya menjelaskan kalau saat itu dia masih ada dan baru pulang ke Kos setelah bisa yang dinaiki Rani benar-benar berangkat dari terminal.
Menurut Rani, suasana bus saat itu benar-benar sunyi. Tak ada satupun yang berbicara. Awalnya Rani berusaha untuk tidak tidur sampai kondektur bus datang dan meminta uang.
Rani tak ingin saat sudah tertidur, kondektur bus datang dan membangunkan dirinya untuk meminta uang tiket.
Namun setelah ditunggu-tunggu kondektur bus itupun tak juga tiba. Karena sudah tak kuat lagi Rani pun tertidur.
Setelah beberapa menit dirinya tertidur, Rani pun terbangun. Saat terbangun dirinya merasakan ada keanehan saat melihat keluar jendela.
Rani tak tahu dia berada dimana. Suasana di luar benar-benar gelap. Keanehan lainnya, Rani tak melihat adannya minimarket atau pertokoan serta rumah-rumah penduduk.
Karena dia paham benar, deretan pertokoan dan rumah-rumah penduduk selalu dilaluinya.
Tapi ini berbeda, Rani hanya melihat rumah warga seperti jaman kuno. Dimana, atap rumah bukan genteng, melainkan anyaman bambu, dan lampu-lampu menggunakan obor.
Bus dirasakan Rani berjalan lambat. Kemudian Rani melihat diluar begitu ramai, seperti melewati pasar malam.
Rani pun melihat banyak orang berkumpul diluar terlihat asik berbincang dengan yang lain. Kemudian dia mendengar alunan gamelan. Lambat laut suara gamelan itu bunyinya cukup kencang ditelinganya.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait