INDONESIA pernah menggunakan pesawat Cureng untuk menumpas keganasan PKI di Madiun. Cureng adalah pesawat warisan Jepang. Pesawat tersebut dibuat oleh pabrik Nippon Hikoki KK pada tahun 1933. Dilansir dari situs resmi TNI AU, Sabtu (19/2/2022), Cureng merupakan nama lokal Indonesia. Dalam bahasa Jepang pesawat ini dikenal dengan sebutan Yokusuka K5Y (Shinsitei).
Cureng tergolong pesawat kecil. Pesawat ini diproduksi sebanyak 5.591 buah. Beberapa buah di antaranya digunakan untuk pasukan penyerang kamikaze meskipun sebenarnya pesawat ini dibuat untuk pesawat latih lanjut. Pesawat Cureng bermesin tunggal bersayap dua (atas dan bawah) yang dilapisi kain dengan dua tempat duduk (depan belakang). Kokpit tanpa kanopi penutup atas sehingga bagian kepala dan dada penerbang kelihatan jelas dari luar.
Pesawat ini menggunakan motor radial dingin angin Teppo dengan kekuatan 350 dayakuda. Pesawat ini memiliki kecepatan jelajah 157 km/h dan kecepatan mendarat 92,6 km/h. Pencapai terbang sejauh 708 km dengan batas ketinggian praktis 4000 m dengan lama terbang 4½ jam. Cureng ini merupakan pesawat peninggalan Jepang yang paling banyak dibandingkan dengan pesawat lainnnya. Di Indonesia pesawat cureng ini ditemukan hanya di Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta sebanyak 50 buah.
Untuk memastikan kondisi pesawat tersebut atas perintah Suryadi Suryadarma, didatangkan teknisi dari Pangkalan Udara Andir Bandung. Di Pangkalan Udara Maguwo waktu itu tidak ada teknisi pesawat. Dua orang dari beberapa teknisi dari Bandung tersebut adalah Basir Surya dan Tjarmadi. Test flight dilakukan tanggal 27 Oktober 1945 pukul 10.00 selama 30 menit oleh Agustinus Adisucipto yang didampingi oleh Rudjito. Dipilihnya Agustinus Adisucipto untuk test flight ini karena ia mempunyai wing penerbang yaitu Groot Militaire Brevet.
Namun wing penerbang yang dimiliki adalah kualifikasi penerbang dengan pesawat Eropa, bukan pesawat Jepang. Penerbangan ini tercatat sebagai penerbangan pesawat beridentitas merah putih yang pertama di alam Indonesia merdeka oleh pemuda Indonesia sendiri. Setelah penerbangan pertama itu, para teknisi terus bekerja memperbaiki pesawat – pesawat yang ada di Maguwo.
Pada awal Januari 1946, berhasil diperbaiki dan disiapkan 25 pesawat lagi hingga siap terbang. Pesawat cureng tersebut kemudian menjadi kekuatan Pangkalan Udara Maguwo yang sekaligus menjadi kekuatan Sekolah Penerbangan yang dipimpin oleh Agustinus Adisucipto. Sekolah Penerbangan itu dibuka pada tanggal 15 November 1945. Karena itu pesawat cureng umumnya hanya diterbangkan oleh para kadet Sekbang.
Para kadet angkatan pertama sekolah penerbang ini tercatat 31 orang. Dalam menumpas pemberontakan PKI Muso pada bulan September 1948, pesawat Cureng mendapat tugas menyebarkan pamflet kepada masyarakat agar tidak mengikuti pemberontakan PKI dan mendukung pemerintah untuk membasminya.
Untuk mengenang kiprahnya, pesawat cureng ini diabadikan pada tahun 1977 di Museum TNI Satria Mandala Pusjarah TNI.
Editor : Arif Handono