CIANJUR, iNewsMadiun.id - Rumah abah Jajang (70) di Kampung Rama Dewa, Desa Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur kembali viral. Bukan karena ditawar Rp2,5 miliar, tapi karena rumah indah dengan hamparan rumput hijau berubah menjadi becek tanah liat. Hal itu terungkap dari unggahan akun Twitter @tanyakanrl. Akun ini mengunggah tangkapan foto kolase perbandingan rumah abah Jajang sebelum dan sesudah viral. "guys, kondisi rumah Abah Jajang yang sekarang," unggah @tanyakanrl dikutip Jumat (28/4/2023).
Abah Jajang, pemilik rumah kayu dengan pemandangan indah menghadap Curug Citambur. (FOTO: istimewa/YouTube @Hardi Artventure)
Informasi yang dihimpun dari unggahan tersebut, rumput rumah Abah Jajang mati karena keinjak-injak orang yang berkunjung ke rumah indah yang terletak di kampung Rama Dewa. Pemandangan dari rumah Abah Jajang memang indah. Dari halaman rumput dengan rumput hijau, pengunjung bisa menyaksikan air terjun indah yakni Curug Citambur.
Rumah ini kemudian viral di media sosial Twitter dan TikTok. Bahkan, rumah berbahan kayu khas arsitektur Sunda ini sempat ditawar Rp2 miliar namun Abah Jajang menolak untuk menjualnya. "Kok rumputnya ilang? Yang datang ke rumah Abah Jajang pada bawa oleh-oleh rumput apa gimana?," tanya Miss Putri @glitterycastle.
Rumah Abah Jajang viral setelah keindahannya dibagikan oleh kanal YouTube, Hardi Artventure. Hardi mengawali video dengan menyapa para netizen dan memberitahukan kondisi cuaca tengah mendung. Saat itu, dirinya berkunjung pada waktu sore hari.
Dalam video tersebut, tampak Abah Jajang mengenakan kemeja batik, celana panjang warna telur asin, dan kopiah putih. Abah Jajang mengatakan, sejak viral di medsos, banyak orang yang ingin membeli rumahnya. Mereka yang ingin membeli rumah Abah Jajang bukan hanya warga lokal, tapi juga mancanegara.
"Ada yang dateng (hendak membeli rumah) dari Bandung, Yogyakarta, dan Australia," kata Abah Jajang. Abah Jajang mengaku, ada yang berani menawar rumah dari kayu, berdinding anyaman bambu, dan pekarangannya itu dengan harga Rp2 miliar. Namun, Abah Jajang menolak penawaran para calon pembeli itu.
Tidak disangka, alasan Abah Jajang menolak tawaran itu sangat filosofis dan sarat makna. "Kalau rumah ini jual berarti Abah mengurangi keluarga. Kalau tidak dijual, justru nambahan (menambah) keluarga," ujar Abah Jajang. Maksud Abah Jajang, kalau rumah tidak dijual, akan banyak orang datang dan bersilaturahmi. Sebaliknya, jika rumah dijual, hubungan silaturahmi Abah akan terputus.
Sebab, selama ini rumah Abah Jajang tersebut sering dipakai untuk kemping oleh para pengunjung. Di rumah kayu yang berusia sekitar 50 tahun tersebut, Abah Jajang tinggal bersama anak dan cucu-cucunya. Setelah berbincang, Hardi berjalan mengelilingi rumah. Rumah itu cukup rapi dan bersih.
Di samping kiri rumah terdapat balong atau kolam ikan. Sementara halamannya luas dihiasi dengan rumput halus dan tanaman bunga menambah asri rumah Abah Jajang.
Editor : Arif Handono