"Tugas bangsa adalah melawan para penindas, menahan tangan dan membungkam lidah mereka," kata Al Qaradawi, merespons terpilihnya Sisi. Atas perlawanannya, Al Qaradawi dijatuhi hukuman mati dalam sidang in absentia di pengadilan Mesir pada 2015. Dia divonis hukuman mati bersama Mursi dan sekitar 90 orang lainnya terkait pembobolan penjara pada 2011.
Tuduhan yang tak masuk akal karena saat itu Al Qaradawi berada di Qatar. Dia juga mengecam Saudi karena mendukung Sisi. Pada 2014 setelah Saudi dan sekutu menarik dubes dari Doha, Al Qaradawi menghentikan ceramah dengan alasan ingin mengurangi tekanan terhadap Qatar. Meski demikian dia masih mengkritik para penguasa Mesir yang baru.
Pria yang sudah hafal Alquran sejak usia 10 tahun itu pernah menjabat Ketua Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional (IUMS) yang didirikan pada 2004. Qaradawi merupakan penentang takfiri, konsep yang dianut kelompok militan Islam yang membolehkan pembunuhan sesama Muslim yang tidak setuju dengan pandangan mereka.
Al Qaradawi menyebut paham ini sebagai salah satu fenomena paling berbahaya yang dihadapi umat Islam. Tak heran dia menentang kelompok ISIS dengan menegaskan tidak setuju sama sekali dengan ideologi dan cara yang digunakannya. Saat ISIS membakar hidup-hidup seorang pilot Yordania pada 2015, IUMS mengatakan kelompok itu bertindak tidak mewakili Islam.
Al Qaradawi juga pendukung kemerdekaan Palestina dari belenggu Zionis Israel. Pada 2013 dia mengunjungi Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. "Kita harus berupaya membebaskan Palestina, seluruh Palestina, sejengkal demi sejengkal," katanya, saat itu.
Editor : Arif Handono