MALANG, iNewsMadiun.id - Pemuda bernama Alexander Seogio bersama rekan-rekannya sukses mengolah limbah minyak goreng yang selama ini dibuang. Limbah tersebut diolah menjadi biodiesel.
Alexander mengolah limbah minyak goreng sejak Agustus 2019 lalu. Menurutnya, ide mengolah limbah minyak goreng berawal dari permasalahan lingkungan yang sering dilihatnya saat warga membuang minyak jelantah atau minyak goreng sisa yang tidak dipakai. Dari situ, muncul ide untuk memanfaatkan limbah itu menjadi bernilai ekonomis.
"Selanjutnya, kita kembangkan karena memiliki potensi nilai ekonomis dengan cara perolehan minyak jelantahnya melalui digitalisasi bank sampah, sekaligus menekan pencemaran lingkungan," kata dia saat ditemui di Malang, Senin (30/5/2022).
Menariknya saat proses pengolahan limbah ini, Alexander juga menggunakan platform digital aplikasi bernama Zerolim. Nama aplikasi ini diambil dari nama usahanya yang berarti zero limbah, yang dapat diunduh di Play Store.
"Pengguna terlebih dahulu mendaftar dengan login menggunakan nomor HP dan memasukkan kata sandi. Selanjutnya atur lokasi penjemputan melalui menu penjemputan dan kemudian tekan konfirmasi Pahlawan untuk mencari pengantar di sekitar wilayah tersebut," tuturnya.
Melalui aplikasi tersebut, pria berusia 32 tahun ini memperoleh sisa limbah minyak jelantah dari sejumlah rumah tangga, restoran, kafe, hingga industri rumahan di Malang. Kemudian limbah ini diolah dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular melalui pemberdayaan masyarakat.
Total ada 1.500 pengguna aktif dari 5.000 pengunduh yang memanfaatkan layanan aplikasi tersebut. Mereka rutin menyetorkan limbah minyak goreng, kemudian dijemput oleh timnya ke rumah-rumah atau lokasi yang sudah ditentukan.
"Setelah melalui proses tersebut, nantinya akan ada 'pahlawan' atau orang-orang yang bertugas mengambil minyak jelantah ke rumah-rumah, home industri dan lain sebagainya. Kemudian, minyak jelantah akan terlebih dahulu ditimbang beratnya sebelum disetorkan,">
Warga dapat memperoleh uang dari minyak jelantah yang dihargai satu kilogramnya sebesar 3.000 poin. Dari poin tersebut bisa ditukarkan dalam bentuk uang tunai melalui rekening. Selain itu, juga bisa dirupakan dalam bentuk e-money untuk ditukarkan di merchant terdekat.
Dalam waktu sebulan, Zerolim saat ini sudah bisa menampung minyak jelantah hingga 20 ton per bulan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 persen bisa diolah menjadi biodiesel. Zerolim juga tidak melibatkan pihak ketiga pada proses pengelolaan minyak jelantah.
"Kami sendiri yang mengelola, kemudian hasil produknya kita pasarkan ke nelayan pesisir di Jawa Timur sebagai bahan bakar penggerak kapal atau perahu, kemudian juga kita ekspor ke beberapa negara," katanya.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait