WASHINGTON, iNewsMadiun.id – Jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban pada Agustus 2021 menyebabkan perubahan drastis pada sebagian besar rakyatnya, termasuk mantan Menteri Keuangan Khalid Payenda.
Seperti banyak pejabat Afghanistan lainnya, Payenda meninggalkan negaranya karena tidak mau hidup di bawah pemerintahan Taliban. Sembilan bulan lalu dia pergi dari Afghanistan ke Amerika Serikat (AS).
Kini, Payenda yang dahulu mewakili negaranya menghadiri forum-forum ekonomi dunia, bekerja sebagai pengemudi di perusahaan berbagi tumpangan di Washington DC untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Setelah beberapa bulan Anda butuh penghasilan untuk hidup dan saya mengemudi. Mengejutkan, karena bayarannya lebih baik dari yang orang-orang kira,” kata Payenda kepada BBC.
Payenda mengundurkan diri sebagai menteri keuangan Afghanistan beberapa hari sebelum Taliban merebut Ibu Kota Kabul.
“Situasi saat saya pergi tidak dapat dipercaya. Provinsi masih direbut, tetapi dugaan saya ibu kota akan bertahan dan bertempur selama setidaknya beberapa tahun,” kata Payenda. Sementara Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari ibu kota. Setelah lebih dari 20 tahun Afghanistan kembali dikuasai oleh kelompok Taliban.
“Tragis bahwa 35-40 juta orang disandera oleh kelompok fanatik yang tidak percaya pada hak dasar rakyat, hak dasar kaum minoritas, hak dasar lebih dari 50% populasi, kaum perempuan,” ujarnya merujuk pada pemerintahan Taliban.
Payenda mengatakan bahwa masalah terbesar yang menyebabkan jatuhnya pemerintah demokratis Afghanistan adalah korupsi yang merajalela serta tidak kompetennya pejabat yang mengisi posisi-posisi kunci di pemerintahan.
Bagi Payenda, bekerja sebagai sopir tidak menjadi masalah, dan kehidupan terus berjalan.
“Saya pikir pekerjaan tidak pernah mendefinisikan saya, baik itu pekerjaan di kementerian ataupun yang dilakukan saat ini,” kata Payenda.
Payenda juga sekarang memberi konsultasi dan kuliah terkait Afghanistan untuk mahasiswa di kota tempat tinggal barunya.iNews Madiun
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait