Militer Rusia mengeklaim telah mencapai tujuan fase satu dan sebaliknya akan fokus untuk mengamankan wilayah Donbass—sebuah langkah yang oleh beberapa pihak disebut sebagai "hadiah hiburan" untuk menebus "pengorbanan". Senior Fellow Heritage Foundation Brent Sadler memiliki ekspektasi bahwa Putin bisa menggunakan serangan nuklir taktis jika Rusia menghadapi kekalahan militer yang luar biasa di Donbas.
"Itu mungkin kasus di mana senjata nuklir taktis dapat dianggap menunjukkan tekad dan pada dasarnya membalikkan tren apa pun yang terjadi di militer Rusia," kata Sadler. "Saya tidak melihat mereka menggunakan pembunuh kota, karena itu pasti akan mengantarkan Perang Dunia III, dan asumsinya adalah jika dia melakukan itu, dia menyerang NATO."
Putin mengulangi ancaman serangan nuklirnya menyusul indikasi Finlandia dan Swedia akan mengajukan permohonan keanggotaan NATO pada bulan Juni ketika negara-negara anggota aliansi itu saat ini bertemu di Madrid. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada hari Minggu mengatakan bahwa semua negara harus khawatir tentang Putin dan ancaman senjata nuklir.
Tapi Kozyrev, yang juga penulis "The Firebird: The Elusive Fate of Russian Democracy", mengatakan bahwa itu benar-benar kasus "gonggongan" dengan "tidak ada cara untuk menggigit" dari pemimpin Rusia. "Para komandan militer yang bertanggung jawab akan melakukan segalanya untuk menghindari skenario seperti itu dan untuk mencegah penggunaan senjata nuklir kecuali mereka yakin ada ancaman eksistensial terhadap tanah air mereka," tegasnya.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait