KIEV, iNewsMadiun.id - Perang elektronik memainkan peran penting dalam pertempuran antara Rusia dan Ukraina. Saking menentukannya, tentara di garis depan dilarang menggunakan ponsel sembarangan karena bisa menjadi mangsa empuk rudal musuh.
Bukti terbaru menunjukkan jaringan seluler sekarang dapat digunakan sebagai alat perang dalam konflik Rusia Ukraina, karena masing-masing pihak melacak jaringan telepon pasukan musuh. Tentara Ukraina menggambarkan betapa bahayanya menggunakan ponsel di garis depan dalam konflik dengan separatis yang didukung Rusia. "Ketika Anda mendengar drone, Anda memiliki waktu sekitar lima detik untuk meninggalkan posisi Anda dan berlari. Roket akan terbang secepat itu," kata sumber kepada News.Sky yang dikutip SINDOnews, Senin (11/4/2022).
Diketahui Rusia menggunakan sistem peperangan elektronik Leer-3, terdiri dari dua drone dan truk komando, sebagai sarana untuk menemukan pasukan Ukraina. Sistem ini dapat mengambil lebih dari 2.000 sinyal telepon dalam jarak 3,7 mil, berpotensi menemukan seluruh posisi musuh. Pasukan Ukraina juga diyakini menggunakan teknologi serupa. Pada pertengahan Maret 2022, para pejabat AS mengatakan kepada New York Times bahwa setidaknya satu jenderal Rusia tewas setelah melakukan panggilan telepon seluler yang terdeteksi intelijen Ukraina.
“Kehadiran sistem peperangan elektronik ini berarti bahwa dering telepon selular bisa dideteksi. Ini seperti menyalakan sebatang rokok secara sembarangan di malam hari," kata para peneliti di Universitas Kopenhagen. Perang elektronik memainkan peran penting dalam pertempuran di Ukraina dan mungkin membantu menjelaskan beberapa taktik militer Rusia. Beberapa sistem dapat secara langsung mengidentifikasi lokasi telepon selular ketika simulator terhubung dengannya, misalnya dengan mengakses sistem GPS internal telepon.
Mungkin ini juga menjadi salah satu jawaban mengapa jangkauan jaringan seluler Ukraina tetap luas selama perang. Kemungkinan Rusia belum menyerang infrastruktur telekomunikasi secara total agar bisa mengumpulkan data intelijen dari panggilan pasukan Ukraina. Sebaliknya, kondisi ini memungkinkan Ukraina dan angkatan bersenjata mereka untuk menggunakannya untuk kepentingan serupa. Mengingat sistem komunikasi terenkripsi Rusia - yang disebut ERA - belum bekerja dengan baik, sehingga memaksa mereka untuk menggunakan frekuensi radio terbuka dan telepon sipil.
Penggunaan telepon selular di medan perang menjadi dilema, apalagi kebosanan bisa menyergap setiap personel militer di garis depan. Kemudian mereka mengaktifkan telepon selular untuk membunuh rasa bosan di garis depan. Apalagi berhasil menggunakan perangkat telepon selular tanpa mengundang serangan rudal, membuat mereka lengah karena merasa tidak terdeteksi. Padahal bisa jadi musuh sudah mendeteksi posisinya, namun tidak digunakan untuk menyerang tapi untuk menggali informasi.
"Mungkin mereka bukan target yang cukup berharga untuk segera dikirimi rudal, tetapi mereka mungkin cukup berharga untuk dilacak dan dikumpulkan data intelijennya," kata John Scott Railton, seorang peneliti senior di Citizen Lab Universitas Toronto.iNews Madiun
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait