JAKARTA, iNewsMadiun.id - Kasus gagal ginjal akut meninggalkan trauma bagi orang tua yang anaknya meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Hasan Basri warga Cilincing, Jakarta Utara, ini harus kehilangan putri bungsunya, Fatimah Az-Zahra (6), akibat gagal ginjal akut. Hasan menuturkan kisah perjuangan mencarikan kesembuhan bagi Fatimah. Anaknya mengalami demam yang cukup tinggi pada 20 September 2022.
Hasan kemudian berinisiatif untuk membeli obat penurun panas dari warung terdekat. "Pas sakit panas kita kasih obat warung dulu. Terus enggak ada perkembangan kita bawa ke klinik dompet dhuafa (DD). Terus dikasih obat anak kecil kan sirup, ada tiga macam kalau nggak salah," kata Hasan ditemui Rabu (26/10/2022). Setelah mendapat penanganan selama tiga hari, Fatimah Az-Zahra tidak mengalami perkembangan yang diharapkan. Kondisinya semakin parah seperti muntah-muntah.
"Jadi dia tiap kali minum itu muntah, selama sakit muntah terus. Enggak ada yang bisa masuk perut makanan jadi dimuntahin terus. Kita baru berobat lagi ke dokter Robilah praktek umum," ucapnya. "Tapi sama, enggak ada perubahan juga setelah satu minggu. Selasa depannya kita bawa ke RSUD Cilincing. RSUD Cilincing masuk UGD rawat inap cuma waktu itu dugaannya usus buntu Pak," ujarnya.
Mendapati diagnosis tersebut, Fatimah kemudian menjalani operasi usus buntu. Namun setelah dilakukan tindakan, tim dokter menyatakan usus buntu yang ditemukan tidak terlalu parah hanya peradangan. "Peradangan sedikit katanya cuma tetap harus diangkat kata dokternya begitu. Cuma dia menemukan kelainan setelah operasi ada cairan seperti itu saya enggak ngerti. Cuma cairan urinenya enggak ada, enggak bisa keluar jadi setelah operasi sorenya langsung masuk ICU," tutur Hasan.
Selama di ruang ICU tepatnya hari Sabtu, Hasan menuturkan putrinya sudah tidak sadarkan diri. Bahkan disebut kondisi anak bungsu dari dua bersaudara tersebut semakin memburuk sampai kehilangan kesadaran. Fatimah kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Karena kondisi rumah sakit penuh akhirnya dibawa ke RSUD Pasar Rebo.
"Di Pasar Rebo langsung dicek dan langsung masuk ruang ICU anak. Sampai hari Senin itu udah enggak ada meninggal pada hari Senin 3 Oktober 2022 pada saat Asar," ucapnya.
Hasan mengatakan putrinya meninggal karena gagal ginjal. Saat di RSUD Cilincing, dokter sudah menyebutkan ada kendala di ginjal putrinya dan harus dilakukan cuci darah. "Ya kalau kita mah kalau cuci darah tahunya kan itu pasti gagal ginjal. Tapi dia enggak konfirmasi langsung ini gagal ginjal gitu. Mungkin karena dia jaga perasaan saja ke kita ya sudah gitu aja terus kita dirujuk," katanya.
Hasan menuturkan jika tidak menyangka kasus yang dialami putrinya dua minggu silam menjadi seramai seperti yang terjadi saat ini. Hasan mengaku heran mengapa anak kecil bisa terkena gagal ginjal. "Kalau kita sih sebenarnya qodarullah ya, semuanya jadi enggak lepas dari takdir Allah gitu. Dari penyakit seperti ini waktu itu memang belum ramai jadi kita ya ikhlas aja gitu enggak pernah cari tahu dari mana gitu," tuturnya.
Melihat pemberitaan sekaligus kondisi yang terjadi saat ini, Hasan berharap ada tindak lanjut cepat yang dilakukan pihak rumah sakit dan juga pemerintah dalam hal ini Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM). "Ke depannya sih harapannya dari pihak rumah sakit dan BPOM lebih teliti lagi saja, karena ini kan anak kecil gitu anak kecil kan masa depannya masih panjang saja lebih teliti aja gitu itu harapannya," ucapnya.
Dokter Umum Klinik Dompet Dhuafa (DD) Rorotan dr Ridho Andriansyah mengatakan pihaknya menangani pasien atas nama F (Fatimah) (6) dengan kondisi adanya keluhan tenggorokan. "Untuk kasus satunya atas inisial F juga, usia 6 tahun. Dia datang dengan keluhan sakit tenggorokan, faringitis pada tanggal 21 September 2022," kata Ridho.
Menurut Ridho, pihaknya tidak terlalu mengetahui pasien F telah meninggal karena gagal ginjal. Namun kondisi ini didapatkan langsung dari pihak kepolisian. "Kalau untuk kondisi, saya pun baru mendapat info bahwa pasien ini diinfokan dua hari yang lalu oleh pihak Polres, bahwa pasien tersebut meninggal di rumah sakit," ucapnya.
Ridho menambahkan terkait penanganan gagal ginjal akut yang terjadi saat ini menjadi sebuah persoalan kompleks untuk diidentifikasi. Dia menyebut banyak pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan. "Seperti pemeriksaan darah, urine, dan semacamnya. Kita tidak bisa melakukan proses tersebut di klinik maupun di Puskesmas. Yang paling memungkinkan pemeriksaan darah untuk mengonfirmasi infectious-nya," ucapnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat jumlah temuan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Indonesia mencapai 255 orang per Senin (24/10/2022). Ratusan kasus itu teridentifikasi di 26 provinsi Indonesia.
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Cerita Pilu Anak di Cilincing Meninggal karena Gagal Ginjal, Muntah-Muntah usai Minum Obat Sirop ", Klik untuk baca: https://www.inews.id/news/megapolitan/cerita-pilu-anak-di-cilincing-meninggal-karena-gagal-ginjal-muntah-muntah-usai-minum-obat-sirop/all.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait