MALANG, iNewsMadiun.id - Assalamualaikum Sebelumnya saya turut berduka cita sedalam"nya terhadap korban insiden yg terjadi di stadion Kanjuruhan pertandingan Arema vs Persebaya Yg kedua syukur alhamdulillah, sy di beri keselamatan sampai dirumah.. Dan Bisa menceritakan kronologi versi sya pribadi disini.— LIBRA_12 (@RezqiWahyu_05) October 1, 2022
Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang menyedot perhatian dunia. Salah satu suporter yang ada di stadion lalu menuturkan apa yang sebenarnya terjadi selepas duel Arema FC vs Persebaya Surabaya itu.
Seorang Aremania, Rezqi Wahyu menceritakan kronologi awal terjadinya insiden di Stadion Kanjuruhan melalui unggahan di akun Twitter @rezqiWahyu_05, Sabtu (1/10/2022). Dia menegaskan para fans sebenarnya tidak ada niatan untuk bertindak anarkis. Rezqi menuturkan kejadian tersebut diawali dengan para suporter yang ingin bersua idolanya di lapangan dan saling memberi semangat, namun ditunggangi oknum-oknum tidak bertanggung jawab.
Menurut Rezqi ini bermula ketika para pemain dan tim pelatih mendekati tribun penonton untuk meminta maaf karena kalah. Para suporter kemudian menghampiri mereka melalui tribun depan untuk memberi motivasi dan kritikan. Celakanya, ada oknum-oknum yang ikut masuk dan berbuat anarkis. Bek sayap Arema FC, Johan Alfarizi berusaha menenangkan oknum tersebut.
Pihak kepolisian lalu menyikapinya dengan cara keras. Alhasil kondisi menjadi ricuh, untungnya para pemain dan tim pelatih bisa diamankan untuk masuk ke ruang ganti. “Pelatih Arema dan Manager tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke suporter, di sisi lain, ada satu orang suporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio Silva dan (Adilson) Maringa,” kata Rezqi melalui Twitter.
“Kemudian ada lagi beberapa oknum yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema FC. Terlihat Johan Al-Farizie mencoba memberi pengertian kepada oknum-oknum tersebut,” sambungnya. Namun, semakin banyak fans yang turun ke lapangan, semakin ricuh kondisi stadion. Sebab, fans dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain.
Setelah pemain masuk, suporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan,” tambahnya lagi. Hanya saja, pihak kepolisian meresponsnya dengan cara keras. Ini membuat para suporter bertambah marah. Aksi lempar-lemparan benda terjadi, dan gas air mata pun ditembakkan.
“Setelah pemain masuk, supporter makin tidak terkendali dan semakin banyak yang masuk ke lapangan. Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter,” ujarnya.
“Menurut saya perlakuannya (pihak kepolisian) sangat kejam dan sadis, di pentung dengan tongkat panjang, 1 suporter di keroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya,” ungkapnya lagi.
“Aparat menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah supoter yang ada di lapangan. Silih berganti suporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara,” katanya.
Rezqi menyatakan suasana mencekam semakin menjadi kala aparat semakin membabi buta. Puluhan gas air mata ditembakkan, bahkan ada yang ditembakkan langsung ke tribun. “Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah suporter, di setiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata, ada juga yang langsung dk tembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di tribun 10,” urai Rezki.
“Para suporter yang panik karena gas air mata, semakin ricuh di atas tribun, mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para supporter panik terkena gas air mata,” paparnya lagi. “Untuk keluar stadionpun gak bisa karena macet penuh sesak di pintu keluar, di luar stadion banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata,” tuturnya.
Suasana di luar stadion tidak kalah mencekam. Banyak orang-orang bergelimpangan, terkulai lemas hingga berlumuran darah, terdengar jeritan wanita dan anak-anak, terdapat pula mobil yang hancur diamuk massa. “Kondisi luar stadion kanjuruhan sudah sangat mencekam. Banyak supporter yang lemas bergelimpangan, teriakan dan tangisan wanita,” ujarnya. “Suporter yang berlumuran darah, mobil hancur, kata-kata makian dan amarah, batu batako, besi dan bambu berterbangan,” tutup Rezqi.
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait