Kemudian dia harus singgah di Arafah-nya makrifat dan dari sana pergi ke Muzdalifahnya persahabatan, dan dari sini menyuruh hatinya untuk mengelilingi Ka’bahnya penyucian Ilahi, dan melemparkan batu-batu hawa nafsu dan pikiran-pikiran kotor di Mina keimanan, dan mengorbankan jiwa rendahnya di altar musyahadat dan sampai pada makam persahabatan.
Memasuki makam badaniah berarti aman dari musuh-musuh dan pedang-pedang mereka, tetapi memasuki makam ruhaniah berarti aman dari keterpisahan (dari Tuhan) dan akibat-akibatnya.
Muhammad bin Al-Fadhl mengatakan, “Aku heran pada orang-orang yang mencari Ka’bah-Nya di dunia ini. Mengapa meraka tidak berupaya melakukan musyahadah tentang-NYa di dalam hati mereka?
Tempat suci kadangkala mereka capai dan kadangkala mereka tinggalkan, tetapi musyahadah bisa mereka nikmati selalu. Jika mereka harus mengunjungi batu (Ka’bah), yang dilihat hanya setahun sekali, sesungguhnya mereka lebih harus mengunjungi Ka’bah hati, di mana Dia bisa dilihat tiga ratus enam puluh kali sehari semalam.
Tetapi setiap langkah mistikus adalah simbol perjalanan menuju Mekkah, dan bilamana ia mencapai tempat suci ia menerima jubah kehormatan, bagi setiap langkah.”
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait