SURABAYA, iNewsMadiun.id - Malam 21 Ramadhan 1444 Hijriah bertepatan Rabu (12/4/2023) di Kota Surabaya disambut hujan deras. Langit malam makin kelam dengan mendung yang terus menggelayut di atas Kota Pahlawan. Hujan deras sebenarnya mulai mengguyur sebelum Shalat Maghrib. Sempat reda saat berbuka puasa, hujan deras berlanjut jelang shalat tarawih. Debu jalanan berganti air hujan. Aroma hujan menyambut kehidupan metropolitan. Rintik-rintik hujan mulai menunjukkan tanda -tanda reda pada Selasa (11/4/2023) pukul 20.30 WIB.
Persiapan malam selikur di atas KRI Surabaya yang bersandar di Dermaga Ujung, Tanjung Perak Surabaya, sudah dilakukan sejak sore hari. Helipad KRI Surabaya (591) berkapasitas tiga helikopter diubah menjadi masjid dadakan. Hamparan karpet hijau sudah terpasang nyaris menutup permukaan helipad. Tempat mengambil air wudhu sudah terpasang pada ujung dek.
Pada ujung berlawanan, terpampang banner besar sekitar 4 x8 meter bertuliskan "Lautan Doa dan Syiar Samudra, Mengejar Lailatul Qodar bersama Koarmada II dan Forkopimda Jawa Timur". Semua karpet yang terpasang di atas dek KRI Surabaya dalam kondisi basah. Karpet-karpet hijau yang sudah terpasang tak bisa digunakan untuk shalat. Banner yang terpampang besar berhias butiran air.
Malam itu, niat Gubernur Khofifah beserta Forkopimda Jatim meraih Lailatul Qadar di atas KRI Surabaya diuji kondisi cuaca. Tapi tidak menyurutkan langkah untuk menyambut malam penuh kemuliaan. Malam di mana Malaikat Jibril mengajarkan ayat Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Petugas BPBD diikerahkan mencari karpet pengganti. Sejumlah ABK KRI Surabaya kemudian tampak mengangkut karpet dari lantai dasar menuju ke helipad. Keringat deras nampak pada raut wajah mereka, sangat berat memanggul puluhan karpet merah itu dari dek bawah ke helipad.
Puluhan undangan sementara bertahan di bagian dalam dek untuk menghindari hujan. Sementara tamu seperti Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, beserta Pangkoarmada II Laksda TNI Maman Firmansyah dan undangan lain berada di ruangan VIP. Hujan sempat menggoda petugas BPBD dan ABK KRI Surabaya. Begitu karpet basah digulung hendak diganti, rintik-rintik hujan jatuh kembali dari langit. Alam nampaknya memang sedang menguji kesabaran rombongan pemburu Lailatul Qodar di atas KRI Surabaya.
Kapal perang milik TNI AL itu mulai berlayar pada pukul 22.15 WIB. KRI Surabaya bergerak menuju perairan Karangjamuang. Namun acara qiyamul lail pada malam itu belum dimulai. Karpet merah belum terpasang. Petugas BPBD Jatim dan ABK KRI Surabaya kemudian memasang karpet warna merah. Dalam hitungan menit, helipad sudah berganti hamparan karpet merah. Jelang tengah malam, helipad sudah siap digunakan qiyamul lail atau shalat malam.
Lepas tengah malam, kegiatan di KRI Surabaya dimulai dengan kegiatan seremonial. Setelah pembukaaan, Gubernur Khofifah dan Pangkoarmada II Laksda TNI Maman Firmansyah menyerahkan berbagai bantuan kepada anak yatim, dan nelayan binaan Diskanla Pemprov Jatim. Bantuan berupa sembako, baju koko, sarung dan uang tunai. Acara utama pada malam itu adalah meraih Lailatul Qadar. Gubernur Khofifah dan Pangkoarmada II melaksanakan shalat Tahajud, shalat tasbih, shalat hajat dan sujud syukur.
Gubernur Khofifah menyebut kegiatan qiyamul lail di atas lautan adalah kegiatan pertama kalinya. "Alhamdulillah Insyaallah bagi yang qiyamul lail, ini pertama kalinya. Begitu pula saya bersama forkopimda Jatim melakukan munajat bertepatan dengan malam ke 21 Ramadhan, dilakukan di atas dek kapal, sambil berlayar, berdoa serta bakso kepada nelayan," kata Khofifah saat memberi sambutan di atas KRI Surabaya.
Menurut dia, qiyamul lail adalah salah satu ikhtiar agar Jawa Timur dan Indonesia diberikan keselamatan. "Saya berdoa kepada Allah agar Jawa Timur menjadi lebih baik, lebih makmur, semakin kondusif, semoga Indonesia selalu diberikan keselamatan dan keberkahan oleh Allah SWT," tutur gubernur perempuan pertama di Jawa Timur ini.
Shalat Tahajud yang diikuti sekitar 100 undangan berjalan khidmat. Jamaah shalat tampak khusyu menjalankan shalat malam. Qiyamul lail ditutup dengan melaksanakan sujud syukur bersama-sama. Dan lantunan doa penutup qiyamul lail pun bergema, "Allahumma Innaka Afuwwun Karim tuhibbul afwa fa'fuani yang artinya, Tuhanku sungguh, Kau maha pengampun lagi pemurah. Kau menyukai ampunan, oleh karenanya ampunilah aku.
Cahaya matahari Rabu (12/4/2023) pagi redup. KRI Surabaya sudah kembali bersandar di Dermaga Ujung. Patung Monumen Jalesveva Jayamahe berdiri tegak di tengah udara yang segar, dan suasana pagi yang tenang. Mungkinkah ini ciri-ciri malam Lailatul Qadar? Semoga saja. Ammmienn
Editor : Arif Handono
Artikel Terkait